Nama : Dika Ayu Rahmawati
Prodi : PGMI
Perkembangan Pemikiran Manusia
Dari Yang Sederhana Sampai Lahirnya IPA Modern
A.
Hakekat Manusia
dan Keingintahuannya
1.
Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya
Manusia dengan kemampuan berpikir
dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat
yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Akal
bersumber pada otak dan budi bersumber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan
perkembangannya manusia memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga
ditunjang dengan rasa ingin tahu (kuriositas), maka berkembanglah pula ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang
dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Manusia
sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan penghuni bumi
lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya antara lain:
a.
Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang
dicerminkan dalam
tindakan dan perilakunya terhadap lingkungannya.
b.
Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan keterbatasan inderanya.
c.
Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan maupun tulisan.
d.
Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius) dan berbudaya (Homo
Humanis).
e.
Manusia dapat mengadakan usaha (Homo Economicus).
f.
Manusia mempunyai kepercayaan dan
beragama (Homo religious).
2. Rasa Ingin Tahu dan
Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri
khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di
sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin
tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa
ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah,
api, angin, dan sebagainya. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke
tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat
dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Dengan pertolongan akal
budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh
lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budu itu juga menimbulkan rasa
ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat ingin
dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan, maka timbul soal lain yang
menunggu penyelesaian. Manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Selalu timbul keingin untuk menambah pengetahuan itu. Rasa ingin
tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Tetapi
kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru
membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan.
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa :
a.
Penyelidikan langsung.
b.
Penggalian hasil-hasil
penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun
c.
Kerjasama dengan
penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memcahkan soal yang sama atau yang
sejenis.
Sebenarnya setiap orang
mempunyai rasa ingin tahu, meskipun kekuatan atau intensitasnya tidak sama,
sedangkan bidang minatnyapun berbeda-beda pula.
Jadi rasa ingin tahu
tiap manusia pada tiap saat belum tentu sama kuat, demikian pula pada klompok
fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat
berubah-ubah menurut keadaan. Rasa ingin tahu yang
terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas untuk menimbulkan perbendaharaan
pengetahuan pada manusia. Dengan selalu berlansungnya perkembangan pengetahuan
itu lebih nyata bahwa manusia berbeda dari pada hewan. Manusia merupakan mahluk
hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bilah dibandingkan degan
hewan atau mahluk lainnnya
3.
Sifat Keingintahuan Manusia
Manusia
dengan rasa ingin tahunya yang besar ,selalu berusaha mencari keterangan
tentang fenomena alam yang teramati. Untuk menjawab semua rasa ingin tahu
manusia sering mereka – reka jawaban mereka sendiri . Pengetahuan seperti
inilah yang disebut pseudo science. Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai
dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada
saat itu .
Cara memperoleh sains semu (
pseudo sains ), antara lain :
a.
Mitos
b.
Wahyu
c.
Otoritas dan tradisi
d.
Prasangka
e.
Intuisi
f.
Penemuan kebetulan
g.
Cara – coba – ralat
Pada zaman
Yunani ( 600 – 200 SM ) terjadi pola pikir yang lebih maju dari pola pikir mitos, dimana terjadi penggabungan antara
pengamatan, pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional. Aliran ini disebut
rasionalisme. Lebih lanjut lagi dikenal dengan metode deduksi yaitu penarikan
suatu kesimpulan didasarkan pada suatu yang bersifat umum (Premis mayor) menuju
ke yang khusus (Premis minor). Dasar metode ilmiah sekarang adalah metode
induksi, yang intinya adalah bahwa pengambilan keputusan dan kesimpulan
dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimen.
B. Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia
1. Perkembangan Fisik Manusia
Tubuh manusia
berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap
menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma
yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom
yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.
Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung
mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan
pada minggu ke-9. Sedangkan minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang
ditandai dengan berfungsinya bagian organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu
mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri
untuk dilahirkan dengan kepala dibawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakn semakin berkurang. Perkembangan
tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.
Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat
purbertas, yang ditandai diantaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya
rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ
genitalia).
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat
dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan
yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat
cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2-7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan
masa pertentangan dengan dirinya manupun dengan orang dewasa, karena selalu
berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional
belum memedai. Selanjutnya setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan
diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.
2.
Perkembangan Sikap dan Pikiran Manusia
Bila dibandingkan
dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi
dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak
dapat berenang secepat buaya, tidak mampu mengangkat benda berat seperti gajah,
dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya dan kemauannya, manusia dapat
menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain. Kelebihan manusia itu karena
memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan
jasmaninya.
Manusia
sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan
gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam kecil
(mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa
ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi,
menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin
tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi
berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang
ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia
tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang
diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus
berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya “apa”-nya saja yang
ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian
berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang diamatinya.