Monday, June 17, 2019

Makalah KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL

0

KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu “psyche” dan “logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan kedua pengertian itu, maka orang dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau sering disebut dengan “ilmu jiwa.” Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa,  baik mengenai macam-macam gejalanya,  prosesnya maupun latar belakangnya.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru, dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, termasuk didalamnya interaksi antar orang dan hasil kebudayaannya.
Interaksi ini baik antar individu-indvidu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok dapat berjalan lancar dapat pula tidak. Tingkah laku individu yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosial inilah yang akan dipelajari dalam psikologi sosial. Berdasarkan gambaran tersebut dikemukakan beberapa definisi psikologi sosial sebagai berikut:
a.       Hubert Bonner dalam bukunya Social Psychology mengatakan bahwa psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia.
b.      A.M Chorus dalam bukunya Grondsiagen der sosiale psychologie merumuskan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
c.       Boring, Langveld, Weld dalam bukunya Foundation of Psychology mengutarakan: psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari individu manusia dalam kelompoknya dan hubungan antara manusia dengan manusia.
d.      Secord and Backman (1974): psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari individu dalam konteks sosial.
e.       Gardon W. Allport (1968): psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.
Dari beberapa rumusan definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Atau dapat disingkat ilmu yang mempelajari individu sebagai sebuah kelompok. Membicarakan psikologi sosial tidak dapat terlepas dari pembicaraan individu dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial.
Masalah pokok dalam psikologi sosial adalah pengaruh sosial (social influence). Pengaruh sosial inlah yang akan mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah maka psikologi sosial didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
2.2  Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Berdasarkan pada pembahasan beberapa definisi tentang psikologi sosial yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat diketahui beberapa pokok-pokok yang dikaji dalam psikologi sosial yaitu:
1.      Hubungan antar manusia.
2.      Kehidupan manusia dalam kelompok.
3.      Sifat-sifat dan struktur kelompok.
4.      Pembentukan norma sosial.
5.      Peranan kelompok dalam perkembangan individu.
6.      Kepemimpinan (leadership) dan dinamika kelompok (Group dynamics).
7.      Sikap (attitude) sosial.
8.      Perubahan sikap (attitude) sosial.
Secara umum para ilmuan mencoba membagi wilayah studi psikologi sosial menjadi tiga, yaitu:
1.      Studi tentang pengaruh sosial terhadap individual, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat).
2.      Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
3.      Studi tentang interaksi kelompok,  misalnya: kepemimpinan,  komunikasi,  hubungan kekuasaan,  otoriter,  kerja sama,  persaingan,  peran.
Ruang lingkup pembahasan psikologi sosial berada pada ruang antara psikologi dan sosiologi. Titik persinggungan inilah yang dalam sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan memunculkan ilmu baru dalam lapangan psikologi, yakni psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan bagian dari psikologi yang secara khusus mempelajari tingkah laku manusia atau kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosialnya.
2.3  Tujuan Psikologi Sosial
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain,  tujuan pembelajaran Psikologi Sosial bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan Pendidikan Nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan, selanjutkan pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Akhirnya tujuan kurikuler ini, secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran. 
Tujuan kurikuler psikologi sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi lima tujuan berikut:
1.      Membekali peserta didik dengan pengetahuan psikologi sosial sehingga tidak terpengaruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh situasi sosial yang tidak selamanya bernilai baik.
2.      Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara tepat dan sistematis mengenai proses kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan bersama.
3.      Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan pengarahan kepada tujuan sebaik-baiknya.
4.      Membekali peserta didik dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
5.      Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan perkembangan teknologi.
2.4  Objek dan Metode Psikologi Sosial
2.4.1        Objek Psikologi Sosial
Berbicara tentang objek psikologi sosial, tidaklah terlepas dari objek psikologi pada umumnya, sebab sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa psikologi sosial adalah cabang dari psikologi pada umumnya. Kita ketahui bahwa yang menjadi objek psikologi adalah manusia dan kegiatan-kegiatannya, sedang objek psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial atau gejala-gejala sosial.
Masalah yang dikupas dalam psikologi umum adalah gejala-gejala jiwa seperti perasaan, kemauan, dan berfikir yang terlepas dari alam sekitar. Sedangkan dalam psikologi sosial masalah yang dikupas adalah manusia sebagai anggota masyarakat, seperti hubungan individu dengan individu yang lain dalam kelompoknya.
2.4.2        Metode Psikologi Sosial
Seperti halnya berbagai disiplin ilmu pada umumnya, psikologi sosial juga memerlukan suatu metode dalam melakukan berbagai kajian terhadap problematika psikologi sosial yang terjadi di masyarakat. Adapun beberapa metode yang digunakan dalam psikologi sosial antara lain yaitu:
1.      Metode Eksperimen
Metode ini pertama kali dipakai oleh Wilhelm Wundt.
Agar metode ini dapat mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,  maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,  yaitu:
a.       Kita harus dapat menentukan waktu terjadinya gejala yang ingin kita selidiki dengan tepat.
b.      Kita harus dapat mengikuti berlangsungnya gejala yang ingin kita selidiki,  dan harus mengamatinya dengan perhatian yang khusus.
c.       Tiap-tiap pengamatan harus dapat kita ulangi dalam keadaan yang sama.
d.      Kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat-syarat keadaan eksperimen.
Metode eksperimen ini dimaksudkan untuk menyelidiki suatu gejala dengan perhatian yang khusus,  sehingga dapat memperoleh keterangan yang lebih mendalam tentang gejala-gejala tersebut. Metode test dalam menyelidiki psikologi sebenarnya termasuk eksperimen ini. 
2.      Metode Survei
Metode ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan keterangan mengenai kelompok tertentu yang ingin diselidiki. Dalam pelaksanaan,  biasanya dengan menggunakan wawancara,  observasi,  atau angket sebagai alat untuk mengumpulkan keterangan-keterangannya.
3.      Metode Observasi
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis,  dan dengan sengaja diadakan dengan panca indra (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian terjadi.
4.      Metode Diagnostik-psikis
Dalam mengumpulkan beberapa keterangan biasanya penyelidik tidak melakukan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji test-test psikologi yang dapat menggambarkan segi-segi psikologi yang lebih dalam mendapat keterangan.
5.      Metode Sosiometri
Metode ini ditemukan dan dikembangkan oleh Moreno dan dimaksudkan untuk meneliti intra-group-relations, atau saling hubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok.
Pelaksanaannya dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berhubungan dengan relasi seseorang dan orang lain yang tergabung dalam satu kelompok, misalnya bagaimana ia menentukan kawan, bagaimana ia memilih teman, syarat-syarat apa yang digunakan untuk menentukan pemilihan teman. Dari jawaban-jawaban itulah dapat dibuat sosiogram, yakni yang menggambarkan bagaimana arah saling hubungan antar anggota kelompok itu.
2.5  Konsep Dasar Psikologi Sosial
Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai alam, menaklukkan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakan segala sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang selalu mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya. Potensi-potensi yang dimiliki manusia sehingga membedakan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya adalah sebagai berikut :
1.       Kemampuan menggunakan bahasa
Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa merubah, menambah, dan mengembangkan bahasa yang digunakan. Sedangkan pada binatang memang ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.


2.       Adanya sikap etik
Dalam setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota-anggotanya baik itu masyarakat modern maupun masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma tersebut merupakan ketentuan apakah suatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk. Norma tersebut tidak selalu sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan adat kebiasaan, agama, dan perkembangan kebudayaan umumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia berusaha untuk menyempurnakan norma yang telah ada.
3.       Hidup dalam 3 dimensi waktu
Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia mampu mendasarkan tingkah lakunya pada pengalaman masa lalunya, kebutahan-kebutuhan sekarang, dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Ketiga potensi diatas oleh para ahli dijadikan sebagai syarat “ human minimum “. Oleh karenanya bila tidak terdapat ketiga potensi ini maka akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat (manusia). Pemahaman ini selanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan potensi diri pribadinya. Dengan potensinya tersebut, manusia juga disebut sebagai makhluk monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat dipandang sebagai makhluk individu, sosial, dan ber-Tuhan.
1.      Makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia itu merupakan suatu totalitas. Individu berasal dari kata in-dividere, yang berarti tidak dapat dipecah-pecah. Dalam aliran modern, ditegaskan bahwa jiwa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan secara keseluruhan.
2.      Makhluk sosial
Manusia tidaklah mungkin hidup sendiri tanpa adanya komunikasi dengan manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan bantuan orang lain, ia memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Demikian pula setelah tumbuh lebih besar, berbicara, belajar, berjalan, mengenal benda, mengenal norma, dan sebagainya selalu membutuhkan bantuan orang lain di sekitarnya.
3.      Makhluk ber –Tuhan
Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanya mereka yang tergolong atheis saja yang tidak mengakui adanya Tuhan.
2.6  Implementasi Psikologi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
Implementasi psikologi sosial adalah penerapan hasil studi psikologi sosial dalam membantu memecahkan problematika sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakat pada umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan perhatian atau pembinaan terhadap kedua aspek yang ada dalam diri manusia,  yakni : aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa). Keseimbangan kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku individu ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan masyarakatnya. Terkait hal di atas dapat dicontohkan dalam kasus sebagai berikut:
seorang remaja yang berusia 18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert. Lingkungan yang keras dan minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah membesarkannya menjadi orang yang mudah terpengaruh pada situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain dari lingkungan sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga dilatarbelakangi oleh keadaan keluarganya yang broken home sehingga mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkungan keluarga juga dengan mudah memasuki kehidupannya. Hampir tiap malam anak ini bergaul dengan teman di lingkungannya yang sering berjudi dan mabuk-mabukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Terkait dengan kasus kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh lingkungan yang buruk dan kurangnya perhatian orang tua (broken home) sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan dan kerohanian pada diri anak. Dalam hal ini yang paling utama adalah penanaman jiwa keagamaan anak sejak dini. Jadi,  peranan keagamaan pada diri anak sangat penting dalam kehidupannya,  karena dengan pendidikan agama diharapkan dapat menyaring segala sesuatu yang bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat (Arifin,  2004).
Studi pada kasus diatas memberikan ilustrasi bahwa betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi sosial dalam hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya dengan upaya pendidikan keagamaan. Perangsang sosial yang berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial yang penuh dengan kekeluargaan diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi lebih baik, sehingga secara bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk lingkungan akan terkikis dan tergantikan dengan pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.

Author Image
AboutDika Ayu Rahmawati

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment