A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua buah kata yang
mempunyai maksud hampir sama namun memiliki arti yang berbeda. Semua makhluk
hidup atau organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis.
Perubahan tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
A. PERTUMBUHAN
Pertumbuhan ( Growth ) adalah perubahan KUANTITATIF ( berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dst ) pada materiil sesuatu akibat dari adanya pengaruh dari lingkungan. Contoh : munculnya gigi baru, semakin bertambahnya jumlah gigi, semakin bertambahnya tinggi badan, dst.
B. PERKEMBANGAN
Perkembangan ( Development ) adalah suatu proses perubahan ke arah kedewasaan atau pematangan yang bersifat KUALITATIF ( ditekankan pada segi fungsional ) akibat adanya proses pertumbuhan materiil dan hasil belajar dan biasanya tidak dapat diukur. Contoh : pematangan sel ovum dan sperma, munculnya kemampuan berdiri dan berjalan, dst.
C.
PRINSIP PERKEMBANGAN
Ciri perkembangan menunjukkan gejala yang secara
relatif teratur, sehingga terjadinya pola perkembangan sistematik. Atas dasar
hal tersebut, para ahli merumuskan dalam bentuk prinsip – prinsip perkembangan.
Beberapa prinsip perkembangan antara lain :
·
Perkembangan merupakan fungsi
jasmaniah dan kejiwaan yang berlangsung dalam proses satu kesatuan yang
menyeluruh;
·
Setiap individu mempunyai kecepatan
perkembangan;
·
Perkembangan seseorang, baik secara
keseluruhan maupun setiap aspek tidak konstan melainkan berirama;
·
Proses perkembangan dengan mengikuti
pola tertentu;
·
Proses perkembangan berlangsung
secara berkesinambungan;
·
Antara aspek perkembangan yang satu
dengan aspek yang lain saling berkaitan atau berkolerasi secara signifikan;
·
Perkembangan berlangsung dari pola
yang bersifat umum ke khusus;
·
Perkembangan dipengaruhi oleh
hereditas dan lingkungan
·
Memiliki fungsi kepribadian yang
bersifat jasmaniah.
B. FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1.
Periodisasi yang berdasar biologis
Periodisasi atau pembagian masa-masa
perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu.
Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu
antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase
kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan
kelamin. Fase-fase tersebut yaitu; a) Fase anak kecil: 0 – 6 th, b) Fase anak
sekolah: 7 – 14 th yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin,
dan c) Fase remaja: 14 – 21 th.
2.
Periodisasi yang berdasar psikologis.
Tokoh utama yang mendasarkan
periodisasi ini kepada keadaan psikologis adalah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa
kegoncangan (trotz)sebagai dasar pembagian masa-masa psikologi
perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan
keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa
perkembangannya. Fase-fase tersebut yaitu: a) dari lahir sampai masa “trotz”(
kegoncangan) pertama: kanak-kanak awal, b) trotz pertama sampai trotz
kedua: masa bersekolah, c) trotz kedua sampai akhir remaja: masa
kematangan.
3.
Periodisasi yang berdasar didaktis
Pembagian masa-masa perkembangan
sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam Developmental
Psycology to day(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam Developmental
Psycology(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia
sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi
sampai mati dengan pembagian periodisasinya.Berikut periodisasi berdasarkan
didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock:
- Masa sebelum lahir (pranatal):
9 bulan
- Masa bayi baru lahir (new
born): 0-2 minggu
- Masa bayi (babyhood): 2 minggu-
2 th
- Masa kanak-kanak awal (early
childhood):2-6 th
- Masa kanak-kanak akhir (later
chilhood): 6-12 th
- Masa puber (puberty) 11/12 –
15/16 th
- Masa remaja ( adolesence) :
15/16 – 21 th
- Masa dewasa awal (early
adulthood) : 21-40 th
- Masa dewasa madya(middle adulthood):
40-60 th
- Masa usia lanjut (later
adulthood) : 60-….
Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut mengenai klasifikasi periode/fase perkembangan manusia yang paling luas
digunakan:
– Periode prakelahiran (prenatal
period), ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periodeini
merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi
organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan
kira-kira dalam periode 9 bulan.
– Masa bayi (infacy),
ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24
bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.
Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti
bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
– Masa awal anak-anak (early
chidhood), yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode
prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan
menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah
(mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam
untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah
dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak-anak.
– Masa pertengahan dan akhir
anak-anak (middle and late childhood), ialah periode perkembangan yang
merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas tahun, yang kira-kira setara
dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan
tahun-tahun sekolah dasar. Keterampilan-keterampilan fundamental seperti
membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan
dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih
sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
– Masa remaja (adolescence),
ialah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa,
yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18
tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
– Masa awal dewasa (early
adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga
puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi,
masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan,
belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh
anak anak.
– Masa pertengahan dewasa (middle
adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira-kira
35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam puluhan tahun. Ini adalah
masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial
seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa
dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
– Masa akhir dewasa (late
adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enam
puluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali
kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
C. Fase
Perkembangan Psikoseksual Manusia dari Masa Anak hingga Remaja
Fase psikoseksual yaitu tahap-tahap
pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang dapat mempengaruhi
perkembangan psikologis individu tersebut. Tiap individu akan mengalami
fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18 tahun).
Bila individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai
dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan pada diri orang
tersebut. Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Yaitu fase pertama yang harus
dilalui oleh seorang anak sejak dilahirkan. Pada bulan-bulan pertama kehidupan,
bayi manusia lebih tidak berdaya dibandingkan dengan bayi binatang menyusui
lainnya, dan ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama daripada spesies lain.
Pada mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan puting susu
ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan pemberian ASI. Bayi hanya
sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu terpenuhi kebutuhannya,
bayi menjadi frustasidan baru sadar akan adanya obyek pemuas pada waktu
kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman pertama kesadaran akan adanya obyek
diluar dirinya. Jadi kelaparan menuntutnya untuk mengenal dunia luar. Reaksi
primitif pertama terhadap obyek yaitu bayi berusaha memasukkan semua benda yang
dipegangnya ke mulut. Bayi merasa bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral
gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap puting susu
ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan cara ekspresi bayi secara
primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang berhubungan dengan
daerah mulut. Dorongan oral terdiri dari 2 komponen yaitu dorongan libido dan
dorongan agresif. Dorongan libido yaitu dorongan seksual pada anak, yang
berbeda dengan libido pada orang dewasa. Dorongan libido merupakan dorongan
primer dalam kehidupan yang merupakan sumber energi dari ego dalam mengadakan
hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan
oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan diamnya
bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat terlihat dalam
perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase oral ini, peran
Ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan memenuhi kebutuhan bayi
secepatnya. Jika semua kebutuhannya terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya
pada dunia luar. Hal ini merupakan dasar perkembangan selanjutnya dalam
berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi merasakan
kekecewaan yang mendalam, hal ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Pada waktu dewasa akan mengalami gangguan tingkah laku seksual misalnya
kepribadian oral sadistik yang dimanifestasikan dalam penyimpangan seksual
sadisme, yaitu kepuasan seks yang dicapai bila didahului atau disertai tindakan
yang menyakitkan. Sebaliknya, bila bayi mendapat kepuasan yang berlebihan maka
dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi sangat optimis, narsistik (cinta
diri sendiri), dan selalu menuntut.
2.Fase Anal (1 1/2 -3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya
syaraf-syaraf otot sfingter anus sehingga anak mulai dapat mengendalikan
beraknya. Pada fase ini kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus.
Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan berak. Kenikmatan lenyap setelah berak
selesai. Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata
diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor,
jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman
yang dapat menimbulkan kecemasan, maka hal ini dapat mengganggu perkembangan
kepribadian anak. Dimana pada perkembangan seksualitas dewasa anak merasa jijik
(kotor) terhadap alat kelaminnya sendiri dan tidak dapat menikmati hubungan
seksual dengan partner-nya. Oleh karena itu sikap orangtua yang benar
yaitu mengusahakan agar anak merasa bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran
yang dikeluarkannya adalah sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan sesuatu yang
menjijikkan. Hal ini penting, karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap
seks nantinya. Jika terjadi hambatan pada fase anal, anak dapat mengembangkan
sifat-sifat tidak konsisten, kerapian, keras kepala, kesengajaan, kekikiran
yang merupakan karakter anal yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Jika
pertahanan terhadap sifat-sifat anal kurang efektif, karakter anal menjadi
ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang rapi, suka menentang, kasar dan
cenderung sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan disakiti). Karakter anal
yang khas terlihat pada penderita obsesif kompulsif. Penyelesaian fase anal
yang berhasil, menyiapkan dasar untuk perkembangan kemandirian, kebebasan,
kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu,
kemampuan untuk menginginkan kerjasama yang baik tanpa perasaan rendah diri.
3.Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan
dari fase anal ke fase phallus. Erotik uretral mengacu pada kenikmatan
dalam pengeluaran dan penahanan air seni seperti pada fase anal. Jika fase
uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat
uretral yang menonjol yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa
malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika fase ini dapat
diselesaikan dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat, yang
menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru dan
membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari
identitas gender dan identifikasi selanjutnya.
4.Fase Phallus (3-5 tahun)
Pada fase ini anak mulai mengerti
bahwa kelaminnya berbeda dengan kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan
bahwa kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan ketika ia
mempermainkan bagian tersebut. Tetapi orangtua sering marah bahkan mengeluarkan
ancaman bila melihat anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya. Pada fase
ini, anak laki-laki dapat timbul rasa takut bahwa penisnya akan dipotong
(dikebiri). Ketakutan yang berlebihan tersebut dapat menjadi dasar penyebab
gangguan seksual seperti impotensi primer dan homoseksual. Pada fase ini muncul
rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis kelamin yang berbeda. Rasa ingin
tahu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks tampak dalam tingkah laku
anak, misalnya membuka rok ibunya, meraba buah dada atau alat kelamin
orangtuanya. Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya, disertai rasa cemburu
terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi ayah disamping ibu,
disebut ‘kompleks Oedipus’. Untuk anak wanita disebut ‘kompleks Elektra’.
Kompleks elektra biasanya disertai rasa rendah diri karena tidak mempunyai
kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi kerusakan pada
alat kelaminnya. Bila kompleks oedipus/elektra tidak dapat diselesaikan dengan baik,
dapat menyebabkan gangguan emosi pada kemudian hari.
5.Fase Latensi (5/6 tahun-11/13
tahun)
Pada fase ini semua aktifitas dan
fantasi seksual seakan-akan tertekan, karena perhatian anak lebih tertuju pada
hal-hal di luar rumah. Tetapi keingin-tahuan tentang seksualitas tetap
berlanjut. Dari teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi
tentang seksualitas yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengan orangtua dapat
meluruskan informasi yang salah dan menyesatkan itu. Pada fase ini dapat terjadi
gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki maupun wanita. Kegagalan dalam
fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal
mengalihkan energinya secara efisien pada minat belajar dan pengembangan
ketrampilan.
6.Fase Genital (11/13 tahun-18
tahun)
Pada fase ini, proses perkembangan
psikoseksual mencapai “titik akhir”. Organ-organ seksual mulai aktif sejalan
denga mulai berfungsinya hormon-hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi
perubahan fisik dan psikis. Secara fisik, perubahan yang paling nyata adalah
pertumbuhan tulang dan perkembangan organ seks serta tanda-tanda seks sekunder.
Remaja putri mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal pada usia sekitar 12-13
tahun, sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat perbedaan waktu ini,
biasanya para gadis tampak lebih tinggi daripada anak laki-laki seusia pada
periode umur 11-14 tahun Perkembangan tanda seksual sekunder pada gadis adalah
pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat
mulai membesar, pinggang ramping dan suara feminin. Sedangkan pada anak
laki-laki terlihat buah pelir dan penis mulai membesar, tumbuhnya rambut pubes,
rambut kumis, suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah, yaitu keluarnya air
mani ketika tidur (mimpi basah). Bersamaan dengan perkembangan itu, muncullah
gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis, remaja
mulai mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan jenisnya. Kegagalan dalam
fase ini mengakibatkan kekacauan identitas. Itulah fase-fase psikoseksesual
yang harus dialami oleh tiap-tiap individu. Dengan mengetahui akibat-akibat
yang ditimbulkan bila gagal ataupun berhasil dalam melewati tiap fase, maka
hendaknya orangtua dan para pendidik dapat mengambil manfaatnya, sehingga kita
dapat memberikan kesehatan mental putra-putri kita sedini mungkin
Psikologi semester 1/2015