Thursday, October 13, 2016

makalah kuliah psikologi PERKEMBANGAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR

1


PERKEMBANGAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pembimbing:
Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5:
Alfina Aghniya Fitri
Alif Alfian
M. Ubaidillah Arrosyid
Zuli Setya Ningsih

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)



Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah

Lamongan
2016

 
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah selalu kami limpahkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dan memberi contoh kepada kita akan berbagai ilmu pengetahuan agama, dengan warisan terbesarnya al Qur’an dan al Hadits.
Kami sadar bahwa penyusunan tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya karena dukungan, bimbingan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan baik ini penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1.            Bapak Drs. H. Malik Zuhri, S.Pd.MM.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah.
2.            Ibu Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan, serta selaku pembimbing dalam penulisan makalah ini.
3.            Kedua orang tua kami yang telah banyak memberi bantuan materiil maupun spiritual selama menempuh studi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah Lamongan.
4.            Teman-teman serta semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Dalam penulisan tugas Makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini.
Lamongan, 19 April 2016
Penyusun,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...………..1
KATA PENGANTAR………………………………………………………...………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……..3
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang………………………………………………………………...4
  2. Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
  3. Tujuan…………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
  1. Kognitif…………………………………………………………………..……6
  2. Afektif…………………………………………………………………………8
  3. Psikomotor………………………………………………………….…………9
  4. Evaluasi………………………………………………………………………10

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan……………………………………………...………...…………14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………...………..15

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam kehidupan manusia yang semakin lama semakin menuntut perlunya pendidikan bagi setiap manusia, tentu harus dilaksanakan secara merata dan efektif. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia. Perkembangan dalam dunia pendidikan sangat pesat dan cepat, oleh karena itu dibutuhkan sebuah keahlian dan kemauan yang baik untuk menjalankan pendidikan. Akan tetapi untuk menjalankan semua itu tentu ada komponen-komponen di dalamnya. Seperti halnya guru sebagai fasiilisator dan kurikulum sebagai panduan dalam menjalankan pendidikan tersebut.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengembangkan kecakapan Kognitif?
2.      Bagaimana cara mengembangkan kecakapan Afektif?
3.      Bagaimana cara mengembangkan kecakapan Pikomotor?
4.      Bagaimana cara pengevaluasian ketiga ranah tersebut?
C.  Tujuan
1.      Mengetahui cara mengembangkan kecakapan Kognitif
2.      Mengetahui cara mengembangkan kecakapan Afektif
3.      Mengetahui cara mengembangkan kecakapan Psikomotor
4.      Mengetahui cara pengevaluasian ketiga aspek tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kognitif
1.    Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanya adalah knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti luas adalah perolehan, penataaan dan penggunaan pengetahuan.Dalam dunia pendidikan aspek yang berhubungan dengan tingkat kecerdasan peserta didik yang telah dicapai setelah pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk mengetahui hal tersebut seorang guru harus melakukan analisis yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak siswa yang telah memahami dan tidak memahami materi yang telah diberikan. Sehingga guru dapat dengan mudah memeberikan bimbingan khusus kepada siswa yang belum memahami.
Pada umumnya ada dua preferensi dalam mengembangkan kecakapan kognitif yang pertama yaitu timbul karena dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan ingin menguasai materi secara mendalam melainkan hanya sekedar asal lulus atau naik kelas. Sebaliknya, preferensi yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif instrinsik) dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya siswa ini llebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya (Good&Brophy, 1990).[1]
Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi dan pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran. Seiring dengan upaya ini , guru juga diharapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah pada aspirasi asal lulus atau naik kelas. Guru juga dituntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya yang dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya.. seiring denagn upaya ini, guru diharapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge (pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu) yang relevan dengan pengetahuan normative (declarative knowledge) yang ia ajarkan.
Cara-cara menganilis kognitif antara lain :
a.    Melakukan evaluasi dengan melaksanakan ujian harian atau test.
b.    Melakukan umpan balik terhadap siswa.
c.    Melakukan test interview.
Guru diharapkan lebih banyak melakukan variasi dalam mengajar, metode-metode lebih efektif dalam menggunakan metode pembelajaran, sehingga guru tidak lebih monoton dan membuat siswa lebih aktif dan giat dalam belajar. Karena dalam hal ini dituntut lebih mampu untuk memberikan semua hal yang dibiutuhkan siswa agar mudah dipahami dan di mengerti oleh siswa.
2.    Perkembangan aspek kognitif
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia SD / MI / SDLB / Paket A, merupakan Periode Of Formal Operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (Meaningfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pengajaran teknologi informasi dan Komunikasi adalah bahwa pelajar akan bermakna kalau Input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pengajaran teknologi informasi dan komunikasi akan berhasil kalu penulis silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu : 1) Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional) 2) Kecerdasan logis- matematis (kemampuan berfikir runtut) 3) Kecerdasan musical (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama) 4) Kecerdasan spasial (kemapuan membentuk imaji mental tentang realitas) 5) Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus) 6) Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri) 7) Kecerdasan antar pribadi ( kemampuan memahami orang lain).[2]

B.  Afektif
Afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap atau tingkahlaku dan pengembangan diri siswa dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan penilaian yang dapat membantu peserta didik dan guru untuk melihat dan mengetahui hasil belajar siswa dan tugas mengajar guru didalam kelas adalah kegiatan penilaian diri (self assesment atau self evalution).
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara yang penyusun uraikan diatas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntunan ajaran yang telah dipahami dan diyakini secara mendalam. Sebagai contoh , apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh, seperti kumpul kebo atau penyalahgunaan narkoba, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.[3]
Penilaian diri bagi peserta didik dan guru mampu memberi cara berfikir metakognitif yang dapat berkembang terus menerus untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan. Para ahli menyebutkan bahwa tujuan penilaian selalu berpedoman pada empat hal yaitu : Menentukan arah, memeriksa, menemukan dan menyimpulkan. Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa terdapat tiga sikap mental yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu : sikap rasa percaya, sikap lebih tertarik dan sikap keyakinan dalam pembelajaran akan sukses. Pengaruh sikap mental akan melahirkan kerangka kerja responsive bagi guru dalam mengajar dan bagi peserta didik dalam belajar.

C.  Psikomotor
Psikomotor adalah aspek menilai tentang perkembangan anak untuk mengubah dirinya memerlukan bentuk kegiatan tertentu serta latihan-latihan yang diarahkan sesuai dengan keberadaan dirinya sehingga terpenuhi kebutuhan psikologis, serta perasaan dicintai oleh orang-orang disekitanya.[4]
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Dalam perkembangan psikomotor anak, interaksi anak terhadap lingkungannya dihadapkan ada tiga dimensi anak yaitu kemampuan (Capanilities) lingkungan tempat anak melakukan fungsi kegiatan (environment)dan kebutuhan dengan berbagai tingkat keperluan (functioning & Support). Aspek ini dapat dilihat setelah siswa itu lulus dan bisa juga dari masa sekolah. Aspek ini berhubungan langsung dengan keterampilan atau bakat siswa yang bisa di eksplorasi. Diperlukan sebuah bimbingan khusus seperti ekstrakurikuler yang bisa mengeksplorasi bakat-bakat yang masih terpendam dalam siswa tersebut.
Banyak contoh membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah sholat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasan yang berkaitan dengan kebajiakan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang diterima dari gurunya (kognitif).

D.  Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa ingris Evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (John M. Echols dan Hasan Shadily : 1983). Menurut Stufflebean, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai ”the Proccess Of Delineating, Obtaining, and Providing Useful Information For Judging Decision Alternatives“Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah peroses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang di temukan. Evaluasi ini dilakukan tidak lain karena adanya suatu tindakan dalam bentuk penelitian dan penilaian terhadap suatu proses yang terjadi secara tidak efektif.
a.    Soal kognitif
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
2. Mengapa di suatu negara harus ada Hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan Negara?
4. Sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di dasarkan pada ... UUD 1945.
5. Menurut teori ketuhanan , terjadinya negara karena?
6. Pengusul pemerintahan republik dalam sidang BPUPKI adalah?
7. Nama lain sistem pemerintahan kerajaan adalah?
8. Siapa presiden pertama negara Indonesia?
9. Setiap bentuk negara memiliki ciri khas berbeda. Ciri khas dari negara kesatuan adalah?
10. Apa yang menjadi Hukum dasar yang tetap terjaga sapai saat ini di indonesia?
Jawab :
1. Menerima dan Menanggung segala apa yang telah kita perbuat
2. Agar sistem pemerintahan tetap berjalan dengan baik dan memberi batasan bagi warga negara dalam bertindak dan agar Negara tidak kacau
3. Alat yang di buat oleh masyarakat bangsa, di beri kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia atau kelompok dalam suatu masyarakat bangsa,mengarahkan masyarakat secara bersama-sama ke arah tercapainya tujuan dan cita-cita bersama
4. Pasal 1 ayat 1 5. Adanya kekuasaan
6. Mr. Susanto Tirtoprodjo
7. Patria
8. Ir. Soekarno
9. Setiap provinsi memiliki undang-undang dasar sendiri
10. PANCASILA
b.    Soal Afektif
1. Adat jawa lebih mengarah pada . . . . . . . . . .dan . . . . . . .antar masyarakat.
2. Bagaimana sikap siswa yang baik ketika berteman dengan siswa yang berbeda agama?
3. Di Sekolah siswa di tuntut untuk bertingkahlaku . . . . . . . .dan . . . . . . . .pada semua warga sekolah
4. Apa yang dilakukan Siswa / Peserta didik yang baik ketika dia menemukan Dompet temannya yang tertinggal?
5. Apa yang dilakukan siswa yang baik ketika dia merasa bersalah kepada temannya?
6. Siswa harus taat peraturan yang di terapkan di sekolah. Penerapan tatatertib di sekolah yang harus ditaati oleh setiap siswa di sekolah tersebut merupakan wujud dari?
7. Beberapa remaja berusaha untuk tampil sama persis dengan tokoh yang dikagumi. Dalam proses interaksi sosial tersebu sangat dipengaruhi oleh factor?
8. Sikap siswa yang baik ketika mengikuti Upacara Bendera adalah?
9. Interaksi sosial yang dilakukan secara berulang – ulang disebut?
10. Contoh kerjasama yang kaitannya dengan kepentingan umum atau masyarakat misalnya?
Jawab :
1. Kesopanan dan Tata krama
2. Saling Menghargai dan Menghormati
3. Disiplin dan Sopan
4. Mengembalikan Dompet tersebut tanpa mengambil apa yang ada dalam dompet tersebut.
5. Meminta Maaf dan Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.
6. Coercion
7. Identifikasi
8. Mendengarkan,megikuti dan Melaksanakan semua instruksi dalam pelaksanaan Upacara.
9. Proses Sosial
10. Ronda Malam
c.    Soal Psikomotor
1. Bagaimana refleks siswa ketika melihat sahabatnya kecelakaan atau jatuh?
2. Apa yang di lakukan siswa ketika guru cara mengajarnya monoton atau membosankan?
3. Apa yang di lakukan siswa ketika di suruh menjelaskan di depan kelas tetapi siswa itu pemalu?
4. Bagaimna respon siswa ketika di berikan pertanyaan secara tiba-tiba?
5. Bagaimana respon kita ketika mata ke masukan debu?
6. Apa yang kita lakukan ketika tiba-tiba kita melihat jurang saat mengendarai sepeda motor?
7. Bagaimana respon guru saat murid tidak mendengarkan saat pelajaran berlangsung?
8. Bagaimana respon siswa ketika buku pelajaranya hilang?
9. Apa yang di lakukan oleh guru saat melihat siswa yang terlambat?
10. Bagaimana respon siswa ketika melihat guru yang membawa buku yang banyak?
Jawab:
1. Terkejut dan langsung berlari menghampiri untuk menolong sahabatnya tersebut
2. Malas dan Tidak semngat dalam belajar
3. Bingung dan gugup
4. Terkejut tapi siswa langsung menjawabnya
5. Merasa perih dan berusaha mengucek mata secara perlahan
6. Menghindarinya
7. Menghampiri siswa dengan Marah dan menghukum siswa
8. Bingung dan takut dimarahi oleh guru
9. Menasehati disertai hukuman
10. Membantu dan membawakannya

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan afektif dan kecakapan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

·         Syah, muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013
·         Dr. Iskandar. Psikologi Pendidikan(Sebuah Orientasi Baru). Cipayung-Ciputat: Gaung Persada. 2009
·         Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2008
·         Nasution. Tekhnologi Pendidikan. Jakarta ; Bumi Aksara. 2010
·         Sagala,Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2005)
·         Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pebdidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008


[1] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 2013. Hlm. 83
[2] Mustaqim. Psikologi Pendidikan. 2008.
[3] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 2013. Hlm. 84
[4] http://www.artikelbagus.com/2011/06/pengukuran-ranah-afektif-danpsikomotor.
Author Image
AboutDika Ayu Rahmawati

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

1 comment: