PERKEMBANGAN
RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
Diajukan
Sebagai Persyaratan untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen
Pembimbing:
Dwi
Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok 5:
Alfina
Aghniya Fitri
Alif
Alfian
M.
Ubaidillah Arrosyid
Zuli
Setya Ningsih
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah
Lamongan
2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah selalu kami limpahkan kepada
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dan memberi contoh kepada kita akan
berbagai ilmu pengetahuan agama, dengan warisan terbesarnya al Qur’an dan al
Hadits.
Kami sadar bahwa penyusunan tugas makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya karena dukungan, bimbingan serta bantuan
berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan baik ini penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. H. Malik Zuhri, S.Pd.MM.Pd. selaku ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fatah.
2.
Ibu Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd.I selaku dosen
pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan, serta selaku pembimbing dalam
penulisan makalah ini.
3.
Kedua orang tua kami yang telah banyak memberi bantuan
materiil maupun spiritual selama menempuh studi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Al-Fatah Lamongan.
4.
Teman-teman
serta semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Dalam penulisan tugas Makalah ini
kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan Makalah ini.
Lamongan, 19 April 2016
Penyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………...………..1
KATA
PENGANTAR………………………………………………………...………2
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………...……..3
BAB
I PENDAHULUAN
- Latar Belakang………………………………………………………………...4
- Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
- Tujuan…………………………………………………………………………5
BAB
II PEMBAHASAN
- Kognitif…………………………………………………………………..……6
- Afektif…………………………………………………………………………8
- Psikomotor………………………………………………………….…………9
- Evaluasi………………………………………………………………………10
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan……………………………………………...………...…………14
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………….…………...………..15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peserta didik tidak
pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam
pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik
merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga
perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam
sekolah.
Dalam kehidupan
manusia yang semakin lama semakin menuntut perlunya pendidikan bagi setiap
manusia, tentu harus dilaksanakan secara merata dan efektif. Oleh karena itu
pendidikan merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dalam setiap kehidupan
manusia. Perkembangan dalam dunia pendidikan sangat pesat dan cepat, oleh
karena itu dibutuhkan sebuah keahlian dan kemauan yang baik untuk menjalankan
pendidikan. Akan tetapi untuk menjalankan semua itu tentu ada komponen-komponen
di dalamnya. Seperti halnya guru sebagai fasiilisator dan kurikulum sebagai
panduan dalam menjalankan pendidikan tersebut.
Orang tua juga tidak
kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak
dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum
terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif
anak.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengembangkan kecakapan
Kognitif?
2. Bagaimana cara mengembangkan kecakapan
Afektif?
3. Bagaimana cara mengembangkan kecakapan
Pikomotor?
4. Bagaimana cara pengevaluasian ketiga
ranah tersebut?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui cara
mengembangkan kecakapan Kognitif
2.
Mengetahui cara mengembangkan
kecakapan Afektif
3.
Mengetahui cara
mengembangkan kecakapan Psikomotor
4.
Mengetahui cara
pengevaluasian ketiga aspek tersebut
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kognitif
1. Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Istilah
kognitif berasal dari kata cognition yang padanya adalah knowing yang berarti
mengetahui. Dalam arti luas adalah perolehan, penataaan dan penggunaan
pengetahuan.Dalam dunia pendidikan aspek yang berhubungan dengan tingkat
kecerdasan peserta didik yang telah dicapai setelah pembelajaran yang diberikan
oleh guru untuk mengetahui hal tersebut seorang guru harus melakukan analisis
yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak siswa yang telah memahami dan
tidak memahami materi yang telah diberikan. Sehingga guru dapat dengan mudah
memeberikan bimbingan khusus kepada siswa yang belum memahami.
Pada
umumnya ada dua preferensi dalam mengembangkan kecakapan kognitif yang pertama
yaitu timbul karena dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan
siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau
ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan ingin menguasai materi
secara mendalam melainkan hanya sekedar asal lulus atau naik kelas. Sebaliknya,
preferensi yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa
sendiri (motif instrinsik) dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan
membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya
siswa ini llebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga
memikirkan cara menerapkannya (Good&Brophy, 1990).[1]
Tugas
guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para
siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi dan pemahaman yang
mendalam terhadap isi materi pelajaran. Seiring dengan upaya ini , guru juga diharapkan
mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya
mengarah pada aspirasi asal lulus atau naik kelas. Guru juga dituntut untuk
mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya yang dan keyakinan-keyakinan terhadap
pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya..
seiring denagn upaya ini, guru diharapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan
procedural knowledge (pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu) yang relevan
dengan pengetahuan normative (declarative knowledge) yang ia ajarkan.
Cara-cara menganilis kognitif antara lain :
a.
Melakukan evaluasi
dengan melaksanakan ujian harian atau test.
b.
Melakukan umpan balik
terhadap siswa.
c.
Melakukan test interview.
Guru diharapkan lebih banyak
melakukan variasi dalam mengajar, metode-metode lebih efektif dalam menggunakan
metode pembelajaran, sehingga guru tidak lebih monoton dan membuat siswa lebih
aktif dan giat dalam belajar. Karena dalam hal ini dituntut lebih mampu untuk
memberikan semua hal yang dibiutuhkan siswa agar mudah dipahami dan di mengerti
oleh siswa.
2.
Perkembangan aspek kognitif
Menurut Piaget (1970),
periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan
usia SD / MI / SDLB / Paket A, merupakan Periode Of Formal Operation. Pada usia
ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan
bisa memahami sesuatu secara bermakna (Meaningfully) tanpa memerlukan objek
yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang
bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pengajaran teknologi informasi dan
Komunikasi adalah bahwa pelajar akan bermakna kalau Input (materi pelajaran)
sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pengajaran teknologi informasi dan
komunikasi akan berhasil kalu penulis silabus dan guru mampu menyesuaikan
tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa
sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal. Pada tahap
perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple
intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu : 1) Kecerdasan
linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional) 2) Kecerdasan logis- matematis
(kemampuan berfikir runtut) 3) Kecerdasan musical (kemampuan menangkap dan
menciptakan pola nada dan irama) 4) Kecerdasan spasial (kemapuan membentuk
imaji mental tentang realitas) 5) Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan
menghasilkan gerakan motorik yang halus) 6) Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan
untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri) 7) Kecerdasan
antar pribadi ( kemampuan memahami orang lain).[2]
B. Afektif
Afektif adalah ranah
yang berhubungan dengan sikap atau tingkahlaku dan pengembangan diri siswa
dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Salah satu kegiatan penilaian yang
dapat membantu peserta didik dan guru untuk melihat dan mengetahui hasil
belajar siswa dan tugas mengajar guru didalam kelas adalah kegiatan penilaian
diri (self assesment atau self evalution).
Keberhasilan pengembangan
ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga
menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama piawai
dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara yang penyusun uraikan
diatas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal
ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang
disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi
prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa.
Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang
mantap.
Dampak positif lainnya
ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan
tuntunan ajaran yang telah dipahami dan diyakini secara mendalam. Sebagai
contoh , apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh,
seperti kumpul kebo atau penyalahgunaan narkoba, ia akan serta merta menolak
dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan
upayanya.[3]
Penilaian diri bagi
peserta didik dan guru mampu memberi cara berfikir metakognitif yang dapat
berkembang terus menerus untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan. Para ahli
menyebutkan bahwa tujuan penilaian selalu berpedoman pada empat hal yaitu :
Menentukan arah, memeriksa, menemukan dan menyimpulkan. Oleh karena itu mereka
menyatakan bahwa terdapat tiga sikap mental yang dapat digunakan dalam
penilaian, yaitu : sikap rasa percaya, sikap lebih tertarik dan sikap keyakinan
dalam pembelajaran akan sukses. Pengaruh sikap mental akan melahirkan kerangka
kerja responsive bagi guru dalam mengajar dan bagi peserta didik dalam belajar.
C. Psikomotor
Psikomotor adalah
aspek menilai tentang perkembangan anak untuk mengubah dirinya memerlukan
bentuk kegiatan tertentu serta latihan-latihan yang diarahkan sesuai dengan
keberadaan dirinya sehingga terpenuhi kebutuhan psikologis, serta perasaan
dicintai oleh orang-orang disekitanya.[4]
Keberhasilan
pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan
ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret
dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang
terbuka. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif.
Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan
kesadaran serta sikap mentalnya.
Dalam perkembangan
psikomotor anak, interaksi anak terhadap lingkungannya dihadapkan ada tiga
dimensi anak yaitu kemampuan (Capanilities) lingkungan tempat anak melakukan
fungsi kegiatan (environment)dan kebutuhan dengan berbagai tingkat keperluan
(functioning & Support). Aspek ini dapat dilihat setelah siswa itu lulus
dan bisa juga dari masa sekolah. Aspek ini berhubungan langsung dengan
keterampilan atau bakat siswa yang bisa di eksplorasi. Diperlukan sebuah
bimbingan khusus seperti ekstrakurikuler yang bisa mengeksplorasi bakat-bakat
yang masih terpendam dalam siswa tersebut.
Banyak contoh
membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya
kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran
agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah sholat, puasa, dan
mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan
kepada orang yang memerlukan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah
kebajikan (afektif), sedangkan perasan yang berkaitan dengan kebajiakan
tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama
yang diterima dari gurunya (kognitif).
D. Evaluasi
Menurut pengertian
bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa ingris Evaluation yang berarti
penilaian atau penafsiran (John M. Echols dan Hasan Shadily : 1983). Menurut
Stufflebean, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai ”the Proccess Of
Delineating, Obtaining, and Providing Useful Information For Judging Decision
Alternatives“Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah
peroses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi,
dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan
yang di temukan. Evaluasi ini dilakukan tidak lain karena adanya suatu tindakan
dalam bentuk penelitian dan penilaian terhadap suatu proses yang terjadi secara
tidak efektif.
a.
Soal kognitif
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
2. Mengapa di suatu negara harus ada Hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan Negara?
4. Sebutan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di dasarkan pada ... UUD 1945.
5. Menurut teori ketuhanan , terjadinya negara
karena?
6. Pengusul pemerintahan republik dalam sidang
BPUPKI adalah?
7. Nama lain sistem pemerintahan kerajaan
adalah?
8. Siapa presiden pertama negara Indonesia?
9. Setiap bentuk
negara memiliki ciri khas berbeda. Ciri khas dari negara kesatuan adalah?
10. Apa yang menjadi Hukum dasar yang tetap
terjaga sapai saat ini di indonesia?
Jawab :
1. Menerima dan Menanggung segala apa yang
telah kita perbuat
2. Agar sistem
pemerintahan tetap berjalan dengan baik dan memberi batasan bagi warga negara
dalam bertindak dan agar Negara tidak kacau
3. Alat yang di buat
oleh masyarakat bangsa, di beri kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia
atau kelompok dalam suatu masyarakat bangsa,mengarahkan masyarakat secara
bersama-sama ke arah tercapainya tujuan dan cita-cita bersama
4. Pasal 1 ayat 1 5. Adanya kekuasaan
6. Mr. Susanto Tirtoprodjo
7. Patria
8. Ir. Soekarno
9. Setiap provinsi memiliki undang-undang
dasar sendiri
10. PANCASILA
b.
Soal Afektif
1. Adat jawa lebih mengarah pada . . . . . . .
. . .dan . . . . . . .antar masyarakat.
2. Bagaimana sikap
siswa yang baik ketika berteman dengan siswa yang berbeda agama?
3. Di Sekolah siswa di
tuntut untuk bertingkahlaku . . . . . . . .dan . . . . . . . .pada semua warga
sekolah
4. Apa yang dilakukan
Siswa / Peserta didik yang baik ketika dia menemukan Dompet temannya yang
tertinggal?
5. Apa yang dilakukan
siswa yang baik ketika dia merasa bersalah kepada temannya?
6. Siswa harus taat
peraturan yang di terapkan di sekolah. Penerapan tatatertib di sekolah yang
harus ditaati oleh setiap siswa di sekolah tersebut merupakan wujud dari?
7. Beberapa remaja
berusaha untuk tampil sama persis dengan tokoh yang dikagumi. Dalam proses
interaksi sosial tersebu sangat dipengaruhi oleh factor?
8. Sikap siswa yang
baik ketika mengikuti Upacara Bendera adalah?
9. Interaksi sosial yang dilakukan secara
berulang – ulang disebut?
10. Contoh kerjasama
yang kaitannya dengan kepentingan umum atau masyarakat misalnya?
Jawab :
1. Kesopanan dan Tata
krama
2. Saling Menghargai
dan Menghormati
3. Disiplin dan Sopan
4. Mengembalikan
Dompet tersebut tanpa mengambil apa yang ada dalam dompet tersebut.
5. Meminta Maaf dan
Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.
6. Coercion
7. Identifikasi
8.
Mendengarkan,megikuti dan Melaksanakan semua instruksi dalam pelaksanaan
Upacara.
9. Proses Sosial
10. Ronda Malam
c.
Soal Psikomotor
1. Bagaimana refleks siswa ketika melihat
sahabatnya kecelakaan atau jatuh?
2. Apa yang di lakukan
siswa ketika guru cara mengajarnya monoton atau membosankan?
3. Apa yang di lakukan
siswa ketika di suruh menjelaskan di depan kelas tetapi siswa itu pemalu?
4. Bagaimna respon siswa ketika di berikan
pertanyaan secara tiba-tiba?
5. Bagaimana respon kita ketika mata ke
masukan debu?
6. Apa yang kita
lakukan ketika tiba-tiba kita melihat jurang saat mengendarai sepeda motor?
7. Bagaimana respon
guru saat murid tidak mendengarkan saat pelajaran berlangsung?
8. Bagaimana respon
siswa ketika buku pelajaranya hilang?
9. Apa yang di lakukan
oleh guru saat melihat siswa yang terlambat?
10. Bagaimana respon
siswa ketika melihat guru yang membawa buku yang banyak?
Jawab:
1. Terkejut dan
langsung berlari menghampiri untuk menolong sahabatnya tersebut
2. Malas dan Tidak
semngat dalam belajar
3. Bingung dan gugup
4. Terkejut tapi siswa
langsung menjawabnya
5. Merasa perih dan
berusaha mengucek mata secara perlahan
6. Menghindarinya
7. Menghampiri siswa
dengan Marah dan menghukum siswa
8. Bingung dan takut
dimarahi oleh guru
9. Menasehati disertai
hukuman
10. Membantu dan
membawakannya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif
pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar
maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Keberhasilan pengembangan
ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga
menghasilkan kecakapan afektif dan kecakapan psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA
·
Syah, muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2013
·
Dr. Iskandar.
Psikologi Pendidikan(Sebuah Orientasi Baru). Cipayung-Ciputat: Gaung Persada.
2009
·
Mustaqim. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2008
·
Nasution. Tekhnologi
Pendidikan. Jakarta ; Bumi Aksara. 2010
·
Sagala,Syaiful.
Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2005)
·
Suharsimi, Arikunto.
Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pebdidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008
yang mau copy silahkan kirimkan alamat emailnya :)
ReplyDelete