MAKALAH
HUBUNGAN
ANTARA PROSES PERKEMBANGAN DENGAN PROSES BELAJAR
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing :
Dwi Rosyidatul Kholidah, M. Pd. I
Disusun Oleh :
1.
Af’idatus Shofiyah
2.
Nur Laila Ika Safitri
3.
Zahrotul Luthfiyah
Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH
SIMAN
SEKARAN LAMONGAN
MARET
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan
rahmat sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah tentang “HUBUNGAN ANTARA PROSES
PERKEMBANGAN DENGAN PROSES BELAJAR” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Perkembangan dengan baik.
Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang
benderang yakni agama islam.
Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Drs.H. Malik Zuhri,S.Pd. MMPd. Selaku ketua STIT AL-FATTAH
2.
Ibu Dwi Rosyidatul Kholidah, M. Pd. I selaku dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan
3.
Orang tua kami yang telah membantu baik secara moril maupun materi
4.
Teman-teman satu kelompok yang
telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.
Makalah
ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami tentang Hubungan
Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar. Kedua memenuhi tugas diskusi dan pembuatan
makalah secara kelompok. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana pembelajaran
mata kuliah Psikologi Perkembangan agar dapat dipelajari oleh seluruh
mahasiswa/mahasiswi khususnya jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Kami
menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna,
karena itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat
kami harapkan.
Siman, 25 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................
2
1.3
Tujuan.....................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perkembangan......................................................................
3
2.2
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan.......................................... 4
2.3
Proses Perkembangan.............................................................................
6
2.4 Tugas dan Fase
Perkembangan..............................................................
7
2.5 Hukum perkembangan
.......................................................................... 14
2.6 Hubungan Antara
Proses Perkembangan dengan Proses Belajar...........
17
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.............................................................................................
19
3.2
Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar
merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung melalui interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik dalam
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
terbatas.
Perumusan
itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas pada salah
satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan
pada anak. Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan
perkembangan.
Setiap individu
tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode
atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian
tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu.
Sebab, keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Tugas-tugas
perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan
fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara
yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu.
Dalam
mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai
proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan
pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh
dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik
kita. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seorang
dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami
proses perkembangan kehidupan secara mulus.
Akan
tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor
yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita
bahagianya.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang kami rumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengertian perkembangan itu?
2.
Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan itu?
3.
Bagaimana proses perkembangan yang terjadi pada diri seseorang?
4.
Bagaimana tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap fase
perkembangan?
5.
Bagaimana hukum-hukum perkembangan itu?
6.
Bagaimana hubugan antara proses perkembangan dengan proses belajar?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian perkembangan
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
3.
Untuk mengetahui proses perkembangan yang terjadi pada diri
seseorang
4.
Untuk mengetahui tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap fase
perkembangan
5.
Untuk mengetahui hukum-hukum dalam perkembangan
6.
Untuk mengetahui hubungan antara proses perkembangan dengan proses
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perkembangan
Perkembangan
( development ) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang
lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth) berarti tahapan peningkatan
sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat
berarti sebuah tahapan perkembangan ( a stage of development ) ( McLeod,
1989 ).[1]
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1991 ), “ perkembangan ” adalah perihal
berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ini berarti terbuka atau membentang ; menjadi besar , luas,
dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal
kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata
“berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran
dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam
Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of
Psychology ( 1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan –
tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia
dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri
organisme – organisme tersebut.
Selanjutnya,
Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian
perkembangan manusia sebagai berikut :
1.
The progressive and continous change
in the organism birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan
terus – menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
2.
Growth, perkembangan itu berarti perubahan.
3. Change
in the shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan berarti perubahan
dalam bentuk dan penyatuan bagian – bagian yang bersifat jasmaniah di dalam
bagian – bagian yang fungsional.
- Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola - pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah
yang lebih maju dan sempurna sedangkan Pertumbuhan berarti perubahan
kuantitatif yang mengacu pada jumlah. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti
kenaikan dan penambahan ukuran yang berangsur- angsur seperti badan yang
menjadi besar dan tegap, juga kaki dan tangan yang semakin panjang.
2.2
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini aliran – aliran yang berhubungan dengan faktor –
faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa.
1. Aliran
Nativisme
Para ahli
penganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan
oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa –
apa.[2]
Sebagai contoh, jika orang tuanya seorang guru, maka anak – anak yang mereka
lahirkan akan menjadi guru pula. Singa
pun akan melahirkan singa, tak akan pernah melahirkan kambing. Jadi
pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan
anak –anaknya.
Ambil contoh
lain, jika sepasang suami istri memiliki keistimewaan dibidang politik tentu
anaknya menjadi politikus pula. Namun, apabila lingkungan khususnya lingkungan
pendidikannya tidak menunjang, misalnya ia memasuki sekolah pertanian, sudah
tentu ia tak akan pernah menjadi politisi tetapi menjadi petani. Dari contoh
itulah maka lahir aliran baru yakni
aliran Empirisme.
2. Aliran
Empirisme
Doktrin aliran
empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank
tablet).[3]
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak
punya kemampuan dan bakat apa – apa.
Jika
seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu
politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki
pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik,
walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri
bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan
masa depan siswa.
3. Aliran
Konvergensi
Aliran
konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisime
dengan aliran nativisme.[4]
Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkungan
sebagai faktor -faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor
pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Sebagai
contoh, Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak
diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan
masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara
tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari
orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh
sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya.
Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal
ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak
mengembangkannya.
Faktor
yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya
terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Faktor
Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan
dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor
Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut
dengan lingkungan.
2.3 Proses
Perkembangan
Secara
umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan
sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat
jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti
tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.
Proses
bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau
respons/reaksi yang ditimbulkan oleh siswa tersebut.[5]
Proses perkembangan dengan pengertian seperti ini menurut Hurlock (1980)
merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (development changes).
perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas
(kemampuan), baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
Secara
global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung
dalam tiga tahapan, yakni:
1.
tahapan proses konsepsi (pembukaan
sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).
2.
tahapan proses kelahiran (saat
keluarnya bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas).
3.
tahapan proses perkembangan individu
bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas (development or selfhood).
2.4 Tugas dan Fase
Perkembangan
Dalam psikologi
perkembangan, kita mengenal fase perkembangan. Walaupun hakikat perkembangan tampak
tidak teratur, ada urutannya. Bisa saja perkembangan tidak maju menurut umur
bahkan mungkin mundur atau menyimpang, tetapi pada dasarnya perkembangan itu
tidak meloncat-loncat. Setiap keberhasilan tahap dan tugas perkembangan
dibangun atas dasar penyelesaian tahap perkembangan sebelumnya.[6]
hal
yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia
senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dalam
hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Tugas belajar
yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan
idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar keterampilan
melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada
manusia normal. Di samping itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas
perkembangan tersebut adalah:
1. Karena
adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu.
2. Karena
adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu
sendiri.
3. Karena
adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar.
Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada saat
atau masa perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas
perkembangan berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut seyogianya selalu
diperhitungkan secara cermat oleh para orangtua dan guru sebagai sesuatu yang
harus terjadi secara alamiah dan tepat pada waktunya.[7] Adapun
mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi fase-fase
tersebut dikemukakan oleh Robert Havigrust (1972) berikut ini :
1. Tugas Perkembangan Fase
Bayi dan Kanak-Kanak
Secara kronologis (menurut urutan
waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak seorang
individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun.Sedangkan
masa kanak-kanak (early childhood)
adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia
sekitar lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan
pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini
yang penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang
lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Tugas-tugas perkembangan pada fase
ini meliputi kegiatan-kegiatan belajar sebagai berikut:
a.
Belajar memakan makanan keras,
misalnya mulai dengan bubur susu, nasi, dll
b.
Belajar berdiri dan berjalan,
misalnya mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran kursi dll
c.
Belajar berbicara, misalnya mulai
dengan menyebut kata ibu, ayah, dll
d.
Belajar mengendalikan pengeluaran
benda-benda buangan dari tubuhnya, misalnya mulai dengan meludah, membuang
ingus dll
e.
Belajar membedakan jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
f.
Mencapai kematangan untuk belajar
membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf, suku kata dll
g.
Belajar mengadakan hubungan
emosional selain dengan ibunya, keluarganya dll
h.
Belajar membedakan antara hal-hal
yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah.
2. Tugas Perkembangan Fase
Anak-Anak
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri
utama sudah memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok
sebaya (peer group), keadaan fisik
yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan atau pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan jasmani dan memiliki dorongan mental untuk memasuki
dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi yang luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada
masa perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Belajar keterampilan fisik yang
diperlukan bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, dll
b.
Membina sikap yang sehat (positif)
terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang,
seperti kesadaran tentang harga diri (self-esteem)
dan kemampuan diri (self efficacy).
c.
Belajar bergaul dengan teman-teman
sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.
d.
Belajar memainkan peran sebagai
seorang pria (jika ia seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang
wanita).
e.
Mengembangkan dasar-dasar
keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (matematika atau aritmatika)
f.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan
kehidupan sehari-hari.
g.
Mengembangkan kata hati, moral dan
skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di
masyarakatnya.
h.
Mengembangkan sikap
objektifitas/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga
kemasyarakatan, dan
i.
Belajar mencapai kemerdekaan atau
kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri)
dan bertanggung jawab.
3. Tugas Perkembangan Fase
Remaja
Salah satu periode dalam rentang
kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang
penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang
dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.[8]
Masa remaja ditandai dengan (1)
berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independen, (2) minat
seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri
sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral ( Salzman dan Pikunas 1976 )
Proses perkembangan pada masa remaja
lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita
dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal
sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja
sendiri melainkan juga bagi para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar.
Bahkan, tak jarang para ahli hukum pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak
tanduknya yang dipandang menyimpang.
Mengapa demikian? secara singkat
jawabannya ialah karena individu remaja sedang berada di persimpangan jalan
antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat
dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan
transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan lainnya selalu menimbulkan
gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk
bahkan fatal (mematikan).
Adapun tugas-tugas perkembangan masa
remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang
berhubungan dengan kehidupan masa dewasa,[9]
yakni:
a.
Mencapai pola hubungan baru yang
lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan
keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
b.
Mencapai peranan sosial sebagai
seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan sosial seorang wanita (jika ia
seorang wanita) selaras dengan tuntutan sosial dan cultural masyarakatnya.
c.
Menerima kesatuan organ-organ tubuh
sebagai pria (jika ia seorang pria) dan kesatuan organ-organ sebagai wanita
(jika ia seorang wanita) dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan
kodratnya masing-masing.
d.
Keinginan menerima dan mencapai
tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah
masyarakatnya.
e.
Mencapai kemerdekaan/kebebasan
emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya dan mulai menjadi
seorang “person” (menjadi dirinya sendiri).
f.
Mempersiapkan diri untuk mencapai
karier ( jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi.
g.
Mempersiapkan diri untuk memasuki
dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami
(ayah) dan istri (ibu), dan
h.
Memperoleh seperangkat nilai dan
sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk
keperluan kehidupan kewarganegaraannya
4. Tugas Perkembangan Fase
Dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan
saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia usia 21-40 tahun.
Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap
ambang dewasa (late adolescence) atau
masa remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21 atau 22 tahun. Namun, menurut
pengamatan para ahli, pada masa post puber perkembangan organ-organ jasmaniah
tertentu, meskipun sudah sangat lamban, masih terus berlangsung hingga
kira-kira usia 24 tahun.[10]
Adapun tugas-tugas perkembangan pada
masa dewasa awal adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Mulai bekerja mencari nafkah,
khususnya apabila ia tidak melanjutkan karier akademik.
b.
Memilih teman atau pasangan hidup
berumah tangga (memilih calon suami atau istri).
c.
Mulai memasuki kehidupan berumah
tangga, yakni menjadi seorang suami atau istri.
d.
Belajar hidup bersama pasangan dalam
suasana rumah tangga, yakni dengan istri/suaminya.
e.
Mengelola tempat tinggal untuk
keperluan rumah tangga dan keluarganya.
f.
Membesarkan anak-anak dengan menyediakan
pangan, sandang, dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan (dalam arti
luas) yang memadai.
g.
Menerima tanggung jawab
kewarganegaraan sesuai dengan perundangan-undangan dan tuntutan sosial yang
berlaku di masyarakatnya.
h.
Menemukan kelompok sosial
(perkumpulan kemasyarakatan) yang cocok dan menyenangkan.
5. Tugas Perkembangan Fase
Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung
antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita
yang menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang
mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi
bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah, dan bahkan jatuh
cinta lagi.[11]
Di kalangan kaum wanita biasanya
tampak gejala depresi (murung), cepat tersinggung, cemas dan khawatir
kehilangan kasih sayang anak-anak yang sudah mulai mananjak dewasa. Selain itu,
wanita setengah baya juga acapkali merasa cemas akan kehilangan suami karena
menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya
tanda-tanda atau garis-garis ketuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada
fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Mencapai tanggung jawab sosial dan
kewarganegaraan secara lebih dewasa.
b.
Membantu anak-anak yang berusia
belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi
orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
c.
Mengembangkan aktivitas dan
memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
d.
Menghubungkan diri sedemikian rupa
dengan pasangannya (dengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
e.
Menerima dan menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah
baya.
f.
Mencapai dan melaksanakan penampilan
yang memuaskan dalam karier, dan
g.
Menyesuaikan diri dengan
perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang
yang berusia lanjut.
6. Tugas Perkembangan Fase
Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini
berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir
hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah
psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh
perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.[12]
Di antara perubahan-perubahan
tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang
menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu, pada umumnya orangtua lebih cepat
merasa lelah, dan untuk mengembalikan kesegaran tubuhnya dari kelelahan itu, ia
memerlukan waktu yang lebih lama daripada ketika ia masih berusia muda.
Tugas-tugas perkembangan pada masa
tua sesuai dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan jasmaniyahnya itu adalah
:
a.
Menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
b.
Menyesuaikan diri dengan keadaan
pensiun dan berkurangnya income (penghasilan).
c.
Menyesuaikan diri dengan kematian
pasangannya (istri atau suaminya).
d.
Membina hubungan yang tegas
(afiliasi eksplisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
e.
Membina pengaturan jasmani
sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya, dan
f.
Menyesuaikan diri (adaptasi)
terhadap peranan-peranan sosial dengan cara yang luwes.
2.5
Hukum Perkembangan
Pengertian
hukum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan hukum dalam dunia
peradilan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti
kaidah atau patokan mengenai terjadinya peristiwa tertentu.secara spesifik,hukum
perkembangan dapat diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan
kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Dapat juga dikatakan, hukum
perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya
peristiwa perkembangan dalam diri manusia.[13]
1. Hukum
Konvergensi
Perkembangan
manusia pada dasarnya tidak hanya di pengaruhi oleh faktor pembawaan sejak
lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan
kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan
yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses
pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh antara pembawaan
dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya efek lingkungan yang di alami
siswa.
2. Hukum
Perkembangan Dan Pengembangan Diri
Pada
anak balita, wujud pertahanan diri berupa tangisan ketika lapar, atau teriakan
yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan hewan atau orang yang
ada disekelilingnya. Dari usaha mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi
usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak, antara lain
memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui yang ada di
sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya tampak keingintahuannya
terhadap sesuatu itu berkali – kali. Alhasil, manusia berkembang karena adanya
insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan
mengembangkan diri di muka bumi ini.
3. Hukum Masa Peka
Peka
artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka adalah masa
yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi
tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk
menulis, dan sebagainya. Masa “ mudah dirangsang “ ini sangat menentukan cepat
dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran. Artinya, jika seorang siswa belum
sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi
pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh sistem memorinya.
4. Hukum
Keperluan Belajar
Keperluan
belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis
tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidak menyebutnya secara
eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara lahiriah dapat diperkirakan
akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan belajar, meskipun
sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang sebenarnya berpotensi untuk bias
berjalan sendiri itu.
5. Hukum
Kesatuan Anggota Badan
Proses
perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses
perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan
tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan panca
indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat,
berbicara, dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas
dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
6. Hukum
Tempo Perkembangan
Lambat
atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain.
Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo
perkembangan manusia umumya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat.
Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukkan
kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
7. Hukum
Irama Perkembangan
Disamping
ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya
proses perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang
naik terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yangh
tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
8. Hukum
Rekapitulasi
Hukum
ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi
doktrin yang mengatakan bahwa perkembangan proses perkembangan individu manusia
adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi
kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat
yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini, yakni
aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
Rekapitulasi
pada dasarnya berarti pengulangan atau ringkasan kehidupan organisme tertentu
seperti manusia yang berlangsung secara evolusioner (sangat lambat) dalam waktu
berabad-abad. Dalam hal ini, proses perkembangan psikis anak dipandang sebagai
ulangan karena adanya kesamaan dengan perilaku cultural nenek moyangnya pada
ratusan bahkan ribuan abad yang lalu.
2.6
Hubungan Antara Proses Perkembangan dengan Proses Belajar
Perkembangan menunjukkan
suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat di
ulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang
sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat di ulangi. Perkembangan
menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan
maju. Perkembangan berhubungan dengan masalah keemasan (manuration) latihan dan
proses belajar. Hal ini juga mempengaruhi keadaan motif yang ada pada individu.
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga
macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk
mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang
diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang
kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa
yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau
sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
Penyesuaian diri
kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam
tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan
ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian
dan secara bertahap mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai
keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial
remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila
mereka mencapai usia remaja, dan yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah
melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami
ketegangan kalau mereka secara bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu
senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua.
Dalam belajar
perkembangan anak sangatlah penting. Jika seorang anak sudah memiliki
kemampuan-kemampuan dalam belajarnya, maka guru dapat meningkatkan
perkembangannya lagi, yaitu:
1. Perkembangan sosialnya, yaitu
perkembangan pada diri anak untuk meningkatkan tingkah laku yang lebih baik.
2. Perkembangan perasaannya, yaitu
perkembangan suatu keadaan kerohanian.
3. Perkembangan motorik nya
4. Perkembangan bahasanya, yaitu
perkembangan cara bicara anak.
5. Perkembangan berpikir, yaitu
perkembangan daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara
pengetahuan anak.
6. Perkembangan dalam
pengamatan.
7. Perkembangan
kesulitannya/religius nya
8. Perkembangan tanggapan,
fantasi
9. Perkembangan dalam mengambil
keputusan
10. Perkembangan perhatiannya
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan
adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih
maju dan sempurna. Setiap perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor
internal yakni pembawaan dan faktor eksternal yakni lingkungan serta
pengalaman.
Setiap individu
tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode
atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian
tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu.
Sebab, keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
3.2
Saran
Fenomena
yang terjadi sehari-hari tentang sifat anak-anak peserta didik yang beraneka
ragam, maka dari itu mengingat pentingnya mata kuliah ini diharapkan para
pendidik harus bisa mempelajari sifat-sifat anak didik mereka, dan memantau
perkembangan sejauh mana anak didiknya belajar di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Syah Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru.
2010. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Drs. Alex Sobur, M. Si. Psikologi
Umum dalam lintasan Sejarah. 2013.Bandung: CV. Pustaka Setia.
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. 2012. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sunardi Asep. Makalah
Psikologi Pendidikan. 2013. https://tutorialkangasep.wordpress.com/2013/04/10/proses-perkembangan-dan-hubungannya-dengan-proses-belajar/ ( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
Nasir Dakhlan
Ainun. Psikologi
Pendidikan I Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan. 2014. http://cyber-dakhlan90. blogspot. co. id / 2014 / 09 / psikologi-pendidikan-i-proses-tugas-dan.html
( diakses pada tanggal 23 Maret 2016 )
[1]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja
Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 40-41
[2] IBID, hal. 43
[3] IBID, hal. 44
[4] IBID, hal. 45
[5] IBID, hal. 47
[6]
Drs. Alex Sobur, M. Si , Psikologi Umum dalam lintasan Sejarah, ( CV.
Pustaka Setia : Bandung, 2013 ), hal. 131
[7]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja
Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 48
[8]
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
( PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2012 ), hal. 71
[9]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (PT Remaja
Rosdakarya : Bandung, 2010 ) hal. 51
[10]
IBID, hal. 52
[11] IBID, hal. 52
[12]
IBID, hal. 53
[13] IBID, hal. 54
yang mau copy silahkan kirimkan alamat emailnya :)
ReplyDelete