Pengaruh Media Sosial Terhadap Pemilu
Di era globalisasi saat ini, di mana semua serba teknologi sehingga
sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan manusia. Perkembangan teknologi
dan informasi yang sangat populer di lingkungan masyarakat saat ini adalah
Media Sosial. Saat ini media sosial sudah menjadi kebutuhan primer (pokok) bagi
semua orang. Jejaring media sosial yang digunakan oleh masyarakat banyak
jenisnya diantaranya facebook, twitter, instagram, whatsapp dan lain-lain.
Penggunaan media sosial akan berdampak secara positif jika ia
dikelola secara cermat. Dengan media sosial manusia dapat melakukan banyak
hal dengan lebih mudah dan instan. Sejak hadirnya internet, dengan mudah
mendapatkan mengakses berbagai informasi dari berbagai media sosial. Tak hanya
informasi, media sosial juga dapat mendekatkan kita dengan keluarga dan teman
yang berada jauh dari kita (berkomunikasi). Selain hal tersebut, banyak juga
orang-orang yang memanfaatkan media sosial sebagai lahan mencari uang. Dengan menggunakan
skill yang dimilikinya, sehingga bisa memperoleh penghasilan (uang) dari media
sosial. Mulai dari mengembangkan blog, website, jual beli online, endorse dan
masih banyak lagi. Hal tersebut juga mengakibatkan banyak orang yang
menggunakan media sosial dari berbagi kelompok umur dan dari berbagai kalangan
mulai dari rakyat biasa hingga para pejabat pemerintah. Sehingga dalam hal
tersebut, media sosial juga berperan dalam dunia politik, seperti saat
pelaksanaan pemilihan umum terkhususnya saat ini yaitu pilpres 2019.
Semakin banyaknya pengguna media sosial, para calon pejabat pun
tertarik untuk memanfaatkan sosial media. Sehingga banyak menganggapan media
sosial ini lebih efektif untuk dijadikan tempat menarik simpati masyarakat. Para
pelaku politik berlomba-lomba menunjukkan apa yang akan mereka lakukan jika
mereka nantinya duduk di kursi pemerintahan. Tidak cukup sampai disitu, para
calon pejabat pun kerap menyeret berbagai artis dari kalangan papan atas guna
memprosikan dirinya melalui akun-akun artis tersebut. Sehingga calon penjabat
tersebu, bisa mendongkrak kepopuleritasannya dari dari artis-artis atau akun
media sosial dengan jumlah pengikut yang banyak.
Selain itu, media sosial bisa digunakan untuk komunikasi dua arah. Dengan
berbagai fasilitas yang ada di media sosial, masyarakat juga bisa dengan mudah
menyampaikan aspirasinya dengan mengirim pesan melalui kolom komentar akun dari
para calon pejabat. Hanya dengan mengetik, masyarakat sudah bisa menyampaikan
pesan kepada calon pejabat tersebut. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah
menggunakan haknya untuk menyuarakan pendapat. Dengan begitu, para calon
pejabat juga akan mengetahui apa sebenarnya program yang diinginkan oleh
masyarakat. Tak heran jika banyak pejabat yang terpilih adalah mereka yang
aktif dalam media sosial dibandingkan yang tidak aktif dalam media sosial.
Masyarakat menganggap para pejabat tersebut lebih memerhatikan masyarakat.
Walaupun demikian terkadang media sosial pun juga dapat menjadi sisi
negatif dari pilar demokrasi. Pertama, manakala pemberitaan yang dimuat media
massa tidak berdasarkan fakta dan sumber terpercaya sehingga berita tersebut
malah menjadi fitnah dan menimbulkan keresahan bagi masyarakat atau yang biasa
dikenal dengan sebutan “HOAX”. Kedua, apabila kantor berita media tersebut
dikuasai oleh perorangan dan kelompok yang berusaha menjadikan media massanya menjadi
keuntungan bagi dirinya dan merugikan kepentingan masyarakat. Semisal ketika
berita tersebut dapat merugikan dirinya maka beritanya tidak dimuat. Sedang ketika
beritanya merugikan kelompok lain dan menguntungkan dirinya maka berita tersebut
disampaikan secara besar-besaran. Media massa akhirnya menjadi alat kekuasaan
bagi yang memilikinya tetapi tidak menjadi media yang berperan bagi kepentingan
masyarakat. Ketiga, apabila media massa tidak peka dan sensitif terhadap nilai–nilai
masyarakat maka media justru akan memicu konflik sosial dan
kerusuhan karena adanya pemberitaan dari media massa yang memicu
terjadinya hal tersebut.
Melalui sosial, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab (oknum
yang tidak suka dengan lawan pejabat) juga dapat menyebarkan ide dan gagasan
radikal, menebar kebencian, dan merusak perdamaian. Mereka memanfaatkan media
sosial untuk menyebarkan isu-isu yang tidak benar agar pejabat yang mereka
dukung bisa meraih kemenangan dalam pemilu. Kehadiran internet dan media sosial
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat terkait dengan isu-isu publik.
Kondisi ini menyebabkan peran media sebagai pilar ke-empat demokrasi semakin
terancam. Melalui Facebook dan Twitter, masyarakat bisa menggalang
kekuatan sendiri untuk menolak kebijakan pemerintah yang dirasakan bertentangan
dengan hati nurani masyarakat.
Maka dapat dikatakan sosial media sangat berpengaruh terdapat pemilu. Sehingga hal yang perlu kita lakukan adalah lebih
berhati-hati dalam menerima informasi di media sosial. Kita tidak boleh cepat
percaya terhadap suatu isu sebelum isu tersebut terbukti kebenarannya.