Monday, April 2, 2018

MAKALAH MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS SISTEM GERAK PADA MANUSIA

0

MAKALAH
MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS
SISTEM GERAK PADA MANUSIA

Dosen Pengampu: 
Dwi Rosyidatul Kholidah, M,Pd



Kelompok 11:
                 1.      Dika Ayu Rahmawati
                 2.      Idris Efendi
                 3.      Zuli Setia Ningsih

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL FATTAH
PROGRAM STUDI PGMI
SEMESSTER 1
SIMAN – SEKARAN – LAMONGAN



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah IPA 1MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS SISTEM GERAK PADA MANUSIA
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah IPA 1 untuk menambah wawasan penulis. Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan terutama bagi penulis sendiri. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara lain:
1.      Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa gangguan.
2.      Dwi Rosyidatul Kholidah, M.Pd selaku Dosen mata kuliah IPA 1, yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
3.      Keluarga yang senantiasa mendukung kami.
4.      Teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
5.      Semua pihak yang telah terlibat yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar kedepannya kami lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah




Sekaran, 10 September  2015



               Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB  I.......................................................................................................................
PENDAHUAN.........................................................................................................
A.    Latar Belakang...............................................................................................
B.     Rumusan Malasah..........................................................................................
C.     Tujuan............................................................................................................
D.    Manfaat..........................................................................................................
BAB  II......................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................
A.    Tulang Penyusun Rangka Tubuh...................................................................
B.     Proses Perkembangan Tulang.........................................................................
C.     Jenis-jenis Otot Manusia................................................................................
D.    Fisiologi dan Kimiawi Kontraksi ..................................................................
E.     Kelainan pada Tulang dan Otot.....................................................................



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Tulang Penyusun Rangka Manusia
Rangka adalah susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Rangka terletak di dalam tubuh, terlindung atau terbalut oleh otot dan kulit. Rangka yang terdapat di dalam tubuh disebut rangka dalam atau endoskeleton. Komponen utama rangka adalah tulang. Rangka manusia tersusun atas ratusan ruas tulang yang memiliki bentuk dan ukuran sangat beranekaragam. Berdasarkan bagian rangka tubuh yang disusun, tulang-tulang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota badan (tulang anggota gerak) [1]
1.      Tulang Tengkorak
Tengkorak sebagian besar bersusun atas tulang-tulang pipih. Tulang-tulang tersebut bersambungan sedemikian rupa sehingga membentuk rongga. Di dalam rongga itulah tersimpan otak. Tulang tengkorak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tulang bagian kepala dan tulang bagian muka.
Tulang bagian kepala saling bersambungan rapat. Pada tulang ubun-ubun bayi yang belum menutup rapat sehingga terasa lunak. Sebagian besar tulang tengkorak tidak dapat digerakkan. Pada tulang muka, hanya tulang rahang bawah yang dapat digerakkan terhadap rahang atas.
2.      Tulang badan
Tulang badan meliputi ruas-ruas tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul. Tulang badan berfungsi melindungi organ-organ dalam yang lunak, seperti jantung, paru-paru, ginjal dan organ lainnya.
a.       Tulang belakang
Tulang belakang merupakan sumbu yang menghubungkan dengan tengkorak atau sering disebut sebagai tulang punggung (vertebral colomn). Ruas-ruas tulang belakang saling berhubungan satu sama lain. Tulang belakang mempunyai struktur yang kuat tetapi tetap fleksibel untuk menyangga kepala. Ruas tulang belakang bembentuk saluran sumsum tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas yaitu, tujuh ruas tulang leher, dua belas ruas tulang punggung, lima ruas tulang pinggang, lima ruas tulang lengkang (sakrum), dan empat ruas tulang ekor.
b.      Tulang  Dada
Tulang dada berbentuk pipih yang panjangnya sekitar 15 cm. Tulang dada terletak dekat tulang rusuk atau lebih tepatnya di tengah-tengah dada. Tulang dada terdiri atas bagian hulu, badan, dan taju pedang. Bagian hulu tulang dada berhubungan tulang selangka, sedangkan bagian badan tulang dada berhubungan dengan enam pasang tulang rusuk. Tulang taju pedang terletak dibagian bawah dari tulang dada, tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
c.       Tulang Rusuk
Tulang rusuk berbentuk pipih panjang. Tulang ini bergabung dengan ruas tulang punggung lalu melungkung keluar dan melingkar ke tubuh bagian depan (tulang dada). Tulang rusuk dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1)      Tulang rusuk sejati (costa vera), berjumlah 7 pasang. Ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang panggung. Sedangkan ujung depannya melekat pada tulang dada.
2)      Tulang rusuk palsu (costa spuria), berjumlah 3 pasang. Ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang punggung. Sedangkan ujung depannya melekat pada tulang rusuk atasnya.
3)      Tulang rusuk melayang (costa fluktuantes), berjumlah 2 pasang. Ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang. Sedangkan ujung depannya tidak melekat pada tulang mana pun.
d.      Tulang Gelang Bahu
Gelang bahu atau pektoralis terdapat pada bagian kiri dan kanan tubuh. Setiap gelang bahu terdiri dari atas tulang selangka (klavikula) dan tulang belikat (skapula). Tulang selangka hanya ada sepasang yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Tulang selangka menghubungkan bahu dengan tulang dada bagian hulu. Pada tulang belikat terdapat cekungan tempat melekatnya tulang anggota gerak atas. Tulang belikat terbentuk segitiga dan mempunyai tonjolan yang disebut paruh gagak.
e.       Tulang Gelang Panggul
Gelang panggul atau pelvis terdiri atas dua tulang usus (ilium), dua tulang kemaluan, dan dua tulang duduk yang bergabung menjadi satu. Gelang panggul perempuan berbeda dengan gelang panggul laki-laki. Pada perempuan, tulang-tulang ileumnya melebar dan rongga panggul sedikit dangkal sehingga ruang yang dibentuk lebih lebar dibandingkan dengan struktur gelang panggul laki-laki. Struktur gelang panggul yang demikian, merupakan suatu bentuk penyesuaian untuk memudahkan bayi lahir dalam proses persalinan.
3.      Tulang Anggota Gerak
Tulang anggota gerak pada manusia terdiri dari tulang anggota gerak bagian atas (tangan) dan tulang anggota gerak bagian bawah (kaki). Masing-masing tulang tersebut tersusun oleh beberapa tulang.
Tulang anggota gerak bagian atas tangan terbentuk dari tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius), dan tulang hasta (ulna). Adapun tulang penyusun anggota gerak bagian bawah adalah tulang paha (femur), tulang betis (fibula), dan tulang kering (tibia).

2.2  Proses Pertumbuhan Tulang Pipa
Bagian-bagian yang terdapat pada tulang pipa
1.      Epifise,  yaitu bagian ujung tulang yang terdiri atas tulang rawan.
2.      Diafise, yaitu bagian tengah yang memanjang dan di pusatnya terdapat rongga berisi sumsum tulang.
3.      Cakra epifise, yaitu bagian sempit di antara epifise dan diafise. Bagian ini terdiri atas tulang spon yang kaya osteoblas. Pada orang dewasa yang tidak tumbuh meninggi lagi, bagian ini tidak menulang lagi.
Pada awal terbentuknya, tulang pipa berupa tulang rawan. Selanjutnya, secara bertahap mengalami penulangan atau osifikasi dengan tahapan sebagai berikut.[2]
1.      Tulang pipa dalam bentuk awalnya, merupakan tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas. Tulang ini dibungkus oleh selaput tulang rawan atau perkondrium.
2.      Osifikasi dimulai dari daerah yang kaya osteoblas, yaitu bagian diafise dan epifise, karena bagian ini paling banyak mengandung osteoblas. Sel-sel yang terbentuk secara konsentris tersebut mengelilingi saluran havers.
3.      Di bagian sentral tulang pipa terjadi perombakan sel-sel tulang oleh osteklas. Aktivitas sel ini menyebabkan terbentuknya rongga sumsum tulang yaitu sumsum merah tulang sebagai tempat pembentukan sel darah merah, dan sumsum kuning tulang sebagai tempat pembentukan sel-sel lemak. Pada masa bayi, sumsum tulang pipa sebagian besar terdiri atas sumsum merah. Setelah mulai masa pertumbuhan, sebagian sumsum merah berubah menjadi sumsum kuning. Sumsum tulang banyak mengandung kapiler darah dan serabut saraf.
4.      Osteosit yang terbentuk menyekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Karena adanya senyawa fosfor dan kalsium yang disuplai oleh kapiler darah, matriks mengeras mengalami penulangan.
5.      Penulangan terpusatkan pada diafise dan epifise. Diantara keduanya terdapat daerah yang belum mengalami penulangan dan tersusun  atas tulang spon disebut cakra epifise
6.      Aktivitas osteoblas pada cakra epifise menyebabkan daerah cakra epifise terus mengalami penulangan, hingga seseorang dewasa tidak akan tumbuh lagi.

2.3  Macam-macam Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Berdasarkan bentuk dan cara kerjanya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.[3]
1        Otot Lurik
Disebut otot lurik karena jika dilihat dengan mikroskop, sel otot tersebut tampak seperti daerah gelap dan terang yang tersusun secara berselang-seling. Karena itu otot lurik disebut pula sebagai otot bergores melintang. Karena melekat pada pada rangka disebut pula otot rangka. Otot lurik dalam pengertian sehari-hari disebut daging. Sel-sel otot lurik membentuk berkas otot, kumpulan berkas otot membentuk otot yang melekat pada tulang.
Bagian ujung otot yang melekat pada tulang disebut tendon atau urut otot. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut origo dan yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut insersio. Ciri-ciri lurik adalah sebagai berikut :
1.      Bentuk sel silindris, memanjang, mempunyai banyak inti sel.
2.      Dengan mikroskop tampak garis melintang yang tersusun atas daerah gelap dan terang berselang-seling.
3.      Bekerja di bawah kesadaran kita, artinya menurut perintah dari otak kanan. Karena itu disebut pula sebagai otot sadar.
2        Otot Polos
Jika diamati dengan mikroskop, sel-sel otot ini tampak polos dan tidak bergaris melintang. Otot ini banyak dijumpai pada organ dalam, misalnya pada usus, pembuluh darah, saluran kemih, dan dinding rahim. Ciri-ciri otot polos adalah sebagai berikut :
1)      Berbentuk gelondong, kedua ujungnya meruncing dan bagian tengahnya menggelembung. Di dalam sel terdapat satu inti sel yang berada di tengah.
2)      Tidak memiliki garis-garis melintang
3)      Bekerja di luar kesadaran
3        Otot Jantung
Otot jantung terdapat pada organ jantung. Struktur otot jantung sama dengan otot lurik yaitu bergores melintang, tetapi sel otot jantung bercabang. Otot jantung tidak dibawah kehendak kita, melainkan otomatis. Jadi, otot jantung bergantung otot lurik yang bekerja secara tidak sadar.[4]

2.4  Mekanisme Kerja Otot
Otot bekerja dengan jalan berkontraksi. Pada waktu berkontraksi otot menjadi lebih pendek, mengembang dan tegang. Otot rangka hanya dapat bekerja jika mendapat rangsangan dari saraf. Apabila sarafnya rusak otot tidak dapat bekerja. Dalam keadaan tidak bekerja otot mengendur (relaksasi).
Otot dapat menarik, tetapi tidak dapat mendorong. Oleh karena itu, otot hanya dapat menggerakkan tulang ke satu arah. Misalnya membengkokkan atau meluruskan. Untuk mengembalikan tulang ke kedudukan semula diperlukan kontraksi otot lain yang menarik tulang itu kembali.
Otot yang membengkokkan disebut otot fleksor dan otot yang meluruskan kembali disebut otot ekstensor. Oleh karena otot ekstensor dan otot fleksor bekerja secara berlawanan maka kedua otot itu dikatakan bekerja secara antagonis. Contoh otot yang bekerja secara antagonis adalah otot bisep dan trisep pada lengan atas. Apabila otot bisep berkontraksi, lengan bawah terangkat. Untuk mengembalikan lengan atas pada kedudukan semula, otot trisep relaksasi. Jadi, otot bisep merupakan otot fleksor dan otot trisep merupakan otot ekstensor.
Ada pula dua otot yang sama-sama berkontraksi atau sama-sama berelaksasi untuk menggerakkan tulang. Dua otot atau lebih yang bekerja secara bersama-sama disebut otot sinergis. Contohnya, otot pronator yang ada pada lengan bawah. Kedua otot ini bekerja bersama menggerakkan lengan bawah memutar sehingga telapak tangan telungkup atau terbuka. Contoh lainnya, otot-otot diantara tulang rusuk. Pada waktu kita bernafas, otot-otot tersebut berkontraksi bersama-sama sehingga tulang rusuk terangkat.
Otot-otot tidak dapat berkontraksi secara terus menerus. Setelah berkontraksi otot perlu beristirahat untuk mendapatkan kesegaran kembali. Apabila dipaksa berkontraksi terus menerus, akibatnya otot akan menjadi kejang. Jika otot mendapat latihan yang teratur dalam waktu yang cukup lama, otot dapat menjadi lebih besar dan kuat atau hipertrofi. Otot yang sehat dan terlatih tidak mudah renggang dan robek. Sebaliknya, otot yang tidak digunakan akan mengecil dan lemah atau atropi, misalnya pada orang yang lumpuh, otot-otot kakinya akan menyusut.
Sumber energi untuk kontraksi otot adalah senyawa adenosin trifosfat (ATP) dan keratin fosfat. Kedua senyawa tersebut mengandung energi tinggi dan terdapat pada setiap sel otot. Jika kedua senyawa tersebut terurai maka akan dibebaskan sejumlah energi dan sejumlah fosfat. energi yang dibebaskan tersebut akan digunakan untuk konsentrasi otot.[5]
Penguraian ATP dan keratin fosfat pada saat otot berkontraksi, tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh karena itu, fase kontraksi sering disebut fase anaerob.
Jika cadangan ATP dan keratin fosfat di dalam jaringan otot telah sangat rendah, cadangan energi tidak mampu lagi menyediakan energi untuk berkontraksi otot. Untuk itu, keratin fosfat dan ATP harus segera dibentuk kembali. Untuk membentuk ATP dan keratin fosfat, diperlukan bahan dan energi. Bahannya adalah ADP, keratin, dan fosfat.
Energi yang digunakan untuk membentuk ATP maupun keratin fosfat berasal dari oksidasi zat makanan dalam otot, biasanya adalah gula otot (glikogen). Glikogen adalah senyawa polisakarida yang tidak larut dalam darah. Agar dapat dioksidasi, glikogen harus dapat larut dalam darah ataupun plasma sel otot. Peristiwa pembongkaran glikogen disebut glikolisis
Saat otot berkontraksi terus, glikolisis akan berlangsung cepat. proses glikolisis ini akan membebaskan senyawa asam piruvat. Asam piruvat akan diubah menjadi senyawa-senyawa glukosa, CO2, dan asam laktat.
Selanjutnya glukosa akan dioksidasi, membebaskan energi, air dan CO2. Air dan CO2 akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Energi yang dibebaskan dari oksidasi glukosa tersebut, akan digunakan untuk membentuk ATP dan keratin fosfat.
Proses pemecahan glukosa tersebut berlangsung pada saat otot mengalami relaksasi. Proses ini memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu, fase relaksasi otot sering disebut juga sebagai fase aerob.
Sebagai hasil sampingan dari pemecahan glikogen di dalam otot adalah dihasilkannya senyawa asam laktat. Zat tersebut akan tertinggal di dalam otot dan menyebabkan otot menjadi pegal-pegal, linu, maupun rasa lelah. Oleh sebab itu, asam laktat sering disebut asam lelah.
Kerja otot yang secara terus-menerus akan meningkatkan kadar asam laktat dan darah tidak sempat mengangkutnya. Akibatnya, asam laktat tertimbun di dalam otot dan menyebabkan terjadinya kelelahan. Bila kadarnya berlebihan dan tidak tertoleransi lagi, akan terjadi kram atau kejang otot.

2.5  Kelainan tulang dan Otot
Kelainan pada sistem gerak manusia diantaranya adalah.[6]
1.      Kelainan Pada Tulang
a.       Kelainan Sejak lahir
Kelainan sejak lahir artinya kelainan yang dibawa sejak dalam kandungan. Ketika dilahirkan, anak tersebut telah mengalami kelainan tulang. Penyebabnya mungkin karena ibu terjatuh atau makanan ibu kurang mengandung vitamin D dan zat kapur (kalsium) atau karena faktor genetik. Bentuk kelainan itu misalnya, tulangnya berbentuk X dan O.
b.      Mikrosefalus
Merupakan suatu keadaan dimana ukuran kepala (lingkar kepala) lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata pada bayi berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. Mikrosefalus merupakan kelainan pada pertumbuhan tengkorak sehingga bentuk kepala kecil. Pertumbuhan tulang tengkorak yang terhambat pada saat masih bayi karena abnormalitas tirosin dan kekurangan zat kapur sehingga ukuran kepala menjadi kecil.
c.       Hidrosefalus
Merupakan kelainan penumpukan cairan di dalam tengkorak, yang menyebabkan pembengkakan otak. Hidrosefalus disebabkan oleh masalah aliran cairan serebrospinal, cairan yang mengelilingi  otak dan tulang belakang. Cairan ini membawa nutrisi ke otak, menghilangkan limbah dari otak, dan bertindak sebagai bantalan pelindung untuk otak.
Cairan serebrospinal biasanya bergerak melalui area otak yang disebut ventrikel, di sekitar bagian luar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian diserap ke dalam aliran darah. Penumpukan cairan dapat terjadi di otak jika aliran atau penyerapan terblokir atau jika cairan terlalu banyak diproduksi, sehingga kepala membesar.
d.      Kelainan Pada Tulang Belakang
Kebiasaan posisi duduk yang salah dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang seseorang. Kebiasaan posisi tubuh yang salah yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelainan tulang. Kelainan bentuk tulang belakang ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.[7]
a)      Lordosis, kelainan pada tulang punggung terlalu melengkung ke depan
b)      Kifosis, kelainan pada tulang punggung yang terlalu melengkung ke belakang. Kelainan ini dapat terjadi misalnya karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama bertahun-tahun.
c)      Skoliosis, kelainan pada tulang punggung melengkung ke kiri atau ke kanan (ke samping). Skoliosis dapat terjadi jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang bahu, dan kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun.




2.      Kelainan Pada Otot
a.       Kedutan
Kedutan diakibatkan serabut saraf di dalam otak mengalami kontraksi sesaat sehingga pembuluh darah mendapat rangsang dalam membangkitkan aliran listrik yang menyebabkan kejang sesaat.
b.      Hipertropi
Hipertrofi adalah kelainan otot yang membesar dan menjadi lebih kuat karena sel otot diberikan kegiatan atau aktifitas yang terus menerus secara berlebihan.
c.       Distrofi
Distrofi otot adalah kelainan keturunan di mana otot-otot akan sangat rentan mengalami kerusakan, sehingga otot secara perlahan-lahan akan melemah. Distrofi mulai terjadi pada usia antara 2-3 tahun. Gejala awal yang ditemukan adalah hambatan perkembangan (terutama keterlambatan untuk mulai berjalan), kesulitan berjalan, berlari, melompat, atau menaiki anak tangga. Anak-anak bisa berulang kali jatuh, yang sering menyebbkan terjadinya patah tulang lengan atau tungkai. Anak berjalan dengan sempoyongan, seringkali berjalan dengan jari-jari kaki, dan kesulitan untuk bangun dari lantai. Pada usia 12 tahun, sebagian besar anak bergantung pada kursi roda.



BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Tulang merupakan alat gerak pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tubuh terjadi karena adanya kerja sama antara tulang dan otot. Otot dikatakan alat gerak aktif karena mampu berkontraksi sehingga mampu menggerakkan tulang.
Rangka berfungsi untuk memberi bentuk tubuh, melindungi  alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh, tempat pelekatan otot, tempat menyipan zat kapur, dan tempat pembentukan sel darah.
Otot yang merupakan alat gerak aktif, berdasarkan morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Berdasarkan sifat kerjanya, otot dapat dibedakan menjadi otot antagonis dan sinergis. Mekanisme gerak otot didasarkan adanya dua filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan filamen miosin.
ATP (Adenosin Triphosphate) merupakan sumber energi penting untuk konstraksi otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Mekanisme gerak otot merupakan proses pembebasan dan penggunaan energi.
Kelainan pada tulang dapat terjadi antara lain karena kekurangan vitamin D, penyakit, kecelakaan, dan kebiasaan posisi tubuh yang salah dalam waktu yang lama.




DAFTAR PUSTAKA

Abtokhi, Ahmad. 2008. Sains untuk PGMI dan PGSD. Malang : UIN MALANG PRESS.
Karim, Saeful. 2008. Belajar Ipa Membuka Cakawala Alam Sekitar. Jakarta : Temprina Media Grafika.
Lenggono, Budi. 2012. SEMALAM TUNTAS BIOLOGI SMA KELAS XI. Surakarta : BISA! Publishing.
Pratiwi, D.A. 2012. BIOLOGI UNTUK SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Bumi Aksara.
Rositawaty, S. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelass IV. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Inspirasi Penulis. 2014. Password UN BIOLOGI SMA/MA 2015. Jakarta : Masmedia Buana Pustaka.



[1] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG  PRESS, 2008) hal.5
[2] Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas IX (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) hal. 96
[3] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal.23
[4] Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD (Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal. 25
[5] Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas XI (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 106
[6]Margaretha Jati, UN Biologi SMA/MA 2015 (Jakarta : Masmedia Buana Pustaka, 2014) hal. 47
[7] Pratiwi, BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS IX (Jakarta : Erlangga, 2012) hal. 71

Author Image
AboutDika Ayu Rahmawati

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment