MAKALAH
MEMAHAMI
STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS
SISTEM
GERAK PADA MANUSIA
Dosen Pengampu:
Dwi
Rosyidatul Kholidah, M,Pd
Kelompok 11:
1. Dika
Ayu Rahmawati
2. Idris
Efendi
3. Zuli Setia
Ningsih
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH AL FATTAH
PROGRAM
STUDI PGMI
SEMESSTER 1
SIMAN –
SEKARAN – LAMONGAN
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah IPA 1 “MEMAHAMI STRUKTUR DAN PROSES FISIOLOGIS SISTEM GERAK PADA MANUSIA”
Makalah ini
disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah IPA 1 untuk menambah wawasan penulis.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan
terutama bagi penulis sendiri. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara
lain:
1.
Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa
gangguan.
2.
Dwi Rosyidatul Kholidah,
M.Pd selaku Dosen mata kuliah IPA 1, yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah
ini.
3.
Keluarga yang senantiasa
mendukung kami.
4.
Teman-teman yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
5.
Semua pihak yang telah
terlibat yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mengaharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar kedepannya kami lebih
baik lagi dalam menyusun sebuah makalah
Sekaran,
10 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
PENDAHUAN.........................................................................................................
A.
Latar Belakang...............................................................................................
B.
Rumusan Malasah..........................................................................................
C.
Tujuan............................................................................................................
D.
Manfaat..........................................................................................................
BAB
II......................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................
A.
Tulang Penyusun Rangka
Tubuh...................................................................
B.
Proses Perkembangan Tulang.........................................................................
C.
Jenis-jenis Otot Manusia................................................................................
D.
Fisiologi dan Kimiawi
Kontraksi ..................................................................
E.
Kelainan pada Tulang dan
Otot.....................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tulang Penyusun Rangka
Manusia
Rangka adalah susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Rangka
terletak di dalam tubuh, terlindung atau terbalut oleh otot dan kulit. Rangka
yang terdapat di dalam tubuh disebut rangka dalam atau endoskeleton. Komponen utama rangka adalah tulang. Rangka manusia
tersusun atas ratusan ruas tulang yang memiliki bentuk dan ukuran sangat
beranekaragam. Berdasarkan bagian rangka tubuh yang disusun, tulang-tulang
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu tulang tengkorak, tulang badan,
dan tulang anggota badan (tulang anggota gerak) [1]
1.
Tulang Tengkorak
Tengkorak sebagian besar bersusun
atas tulang-tulang pipih. Tulang-tulang tersebut bersambungan sedemikian rupa
sehingga membentuk rongga. Di dalam rongga itulah tersimpan otak. Tulang
tengkorak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tulang bagian kepala dan
tulang bagian muka.
Tulang bagian kepala saling
bersambungan rapat. Pada tulang ubun-ubun bayi yang belum menutup rapat
sehingga terasa lunak. Sebagian besar tulang tengkorak tidak dapat digerakkan.
Pada tulang muka, hanya tulang rahang bawah yang dapat digerakkan terhadap
rahang atas.
2.
Tulang badan
Tulang badan meliputi ruas-ruas
tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul. Tulang badan
berfungsi melindungi organ-organ dalam yang lunak, seperti jantung, paru-paru,
ginjal dan organ lainnya.
a.
Tulang belakang
Tulang belakang merupakan sumbu yang
menghubungkan dengan tengkorak atau sering disebut sebagai tulang punggung (vertebral colomn). Ruas-ruas tulang
belakang saling berhubungan satu sama lain. Tulang belakang mempunyai struktur
yang kuat tetapi tetap fleksibel untuk menyangga kepala. Ruas tulang belakang
bembentuk saluran sumsum tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas
yaitu, tujuh ruas tulang leher, dua belas ruas tulang punggung, lima ruas
tulang pinggang, lima ruas tulang lengkang (sakrum), dan empat ruas tulang ekor.
b.
Tulang Dada
Tulang dada berbentuk pipih yang
panjangnya sekitar 15 cm. Tulang dada terletak dekat tulang rusuk atau lebih
tepatnya di tengah-tengah dada. Tulang dada terdiri atas bagian hulu, badan,
dan taju pedang. Bagian hulu tulang dada berhubungan tulang selangka, sedangkan
bagian badan tulang dada berhubungan dengan enam pasang tulang rusuk. Tulang
taju pedang terletak dibagian bawah dari tulang dada, tulang ini terbentuk dari
tulang rawan.
c.
Tulang Rusuk
Tulang rusuk berbentuk pipih
panjang. Tulang ini bergabung dengan ruas tulang punggung lalu melungkung
keluar dan melingkar ke tubuh bagian depan (tulang dada). Tulang rusuk dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1)
Tulang rusuk sejati (costa vera), berjumlah 7 pasang. Ujung
belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang panggung. Sedangkan ujung depannya melekat
pada tulang dada.
2)
Tulang rusuk palsu (costa spuria), berjumlah 3 pasang. Ujung
belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang punggung. Sedangkan ujung depannya
melekat pada tulang rusuk atasnya.
3)
Tulang rusuk melayang (costa fluktuantes), berjumlah 2 pasang.
Ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang. Sedangkan ujung
depannya tidak melekat pada tulang mana pun.
d.
Tulang Gelang Bahu
Gelang bahu atau pektoralis terdapat
pada bagian kiri dan kanan tubuh. Setiap gelang bahu terdiri dari atas tulang
selangka (klavikula) dan tulang belikat (skapula). Tulang selangka hanya ada
sepasang yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Tulang selangka menghubungkan
bahu dengan tulang dada bagian hulu. Pada tulang belikat terdapat cekungan
tempat melekatnya tulang anggota gerak atas. Tulang belikat terbentuk segitiga
dan mempunyai tonjolan yang disebut paruh gagak.
e.
Tulang Gelang Panggul
Gelang panggul atau pelvis terdiri
atas dua tulang usus (ilium), dua tulang kemaluan, dan dua tulang duduk yang
bergabung menjadi satu. Gelang panggul perempuan berbeda dengan gelang panggul
laki-laki. Pada perempuan, tulang-tulang ileumnya melebar dan rongga panggul
sedikit dangkal sehingga ruang yang dibentuk lebih lebar dibandingkan dengan
struktur gelang panggul laki-laki. Struktur gelang panggul yang demikian,
merupakan suatu bentuk penyesuaian untuk memudahkan bayi lahir dalam proses
persalinan.
3.
Tulang Anggota Gerak
Tulang anggota gerak pada manusia
terdiri dari tulang anggota gerak bagian atas (tangan) dan tulang anggota gerak
bagian bawah (kaki). Masing-masing tulang tersebut tersusun oleh beberapa
tulang.
Tulang anggota gerak bagian atas
tangan terbentuk dari tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius),
dan tulang hasta (ulna). Adapun tulang penyusun anggota gerak bagian bawah
adalah tulang paha (femur), tulang betis (fibula), dan tulang kering (tibia).
2.2 Proses Pertumbuhan Tulang
Pipa
Bagian-bagian yang terdapat pada
tulang pipa
1.
Epifise, yaitu bagian ujung tulang yang terdiri atas
tulang rawan.
2.
Diafise, yaitu bagian
tengah yang memanjang dan di pusatnya terdapat rongga berisi sumsum tulang.
3.
Cakra epifise, yaitu bagian
sempit di antara epifise dan diafise. Bagian ini terdiri atas tulang spon yang
kaya osteoblas. Pada orang dewasa yang tidak tumbuh meninggi lagi, bagian ini
tidak menulang lagi.
Pada awal terbentuknya, tulang pipa berupa tulang rawan. Selanjutnya,
secara bertahap mengalami penulangan atau osifikasi dengan tahapan sebagai
berikut.[2]
1.
Tulang pipa dalam bentuk
awalnya, merupakan tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas. Tulang ini
dibungkus oleh selaput tulang rawan atau perkondrium.
2.
Osifikasi dimulai dari
daerah yang kaya osteoblas, yaitu bagian diafise dan epifise, karena bagian ini
paling banyak mengandung osteoblas. Sel-sel yang terbentuk secara konsentris
tersebut mengelilingi saluran havers.
3.
Di bagian sentral tulang
pipa terjadi perombakan sel-sel tulang oleh osteklas. Aktivitas sel ini
menyebabkan terbentuknya rongga sumsum tulang yaitu sumsum merah tulang sebagai
tempat pembentukan sel darah merah, dan sumsum kuning tulang sebagai tempat
pembentukan sel-sel lemak. Pada masa bayi, sumsum tulang pipa sebagian besar
terdiri atas sumsum merah. Setelah mulai masa pertumbuhan, sebagian sumsum
merah berubah menjadi sumsum kuning. Sumsum tulang banyak mengandung kapiler
darah dan serabut saraf.
4.
Osteosit yang terbentuk
menyekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Karena adanya
senyawa fosfor dan kalsium yang disuplai oleh kapiler darah, matriks mengeras
mengalami penulangan.
5.
Penulangan terpusatkan pada
diafise dan epifise. Diantara keduanya terdapat daerah yang belum mengalami
penulangan dan tersusun atas tulang spon
disebut cakra epifise
6.
Aktivitas osteoblas pada
cakra epifise menyebabkan daerah cakra epifise terus mengalami penulangan,
hingga seseorang dewasa tidak akan tumbuh lagi.
2.3 Macam-macam Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot. Berdasarkan bentuk dan cara
kerjanya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos,
dan otot jantung.[3]
1
Otot Lurik
Disebut otot lurik karena jika
dilihat dengan mikroskop, sel otot tersebut tampak seperti daerah gelap dan
terang yang tersusun secara berselang-seling. Karena itu otot lurik disebut
pula sebagai otot bergores melintang. Karena melekat pada pada rangka disebut
pula otot rangka. Otot lurik dalam pengertian sehari-hari disebut daging.
Sel-sel otot lurik membentuk berkas otot, kumpulan berkas otot membentuk otot
yang melekat pada tulang.
Bagian ujung otot yang melekat pada
tulang disebut tendon atau urut otot. Tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak disebut origo dan yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut
insersio. Ciri-ciri lurik adalah sebagai berikut :
1.
Bentuk sel silindris, memanjang,
mempunyai banyak inti sel.
2.
Dengan mikroskop tampak
garis melintang yang tersusun atas daerah gelap dan terang berselang-seling.
3.
Bekerja di bawah kesadaran
kita, artinya menurut perintah dari otak kanan. Karena itu disebut pula sebagai
otot sadar.
2
Otot Polos
Jika diamati dengan mikroskop,
sel-sel otot ini tampak polos dan tidak bergaris melintang. Otot ini banyak
dijumpai pada organ dalam, misalnya pada usus, pembuluh darah, saluran kemih,
dan dinding rahim. Ciri-ciri otot polos adalah sebagai berikut :
1)
Berbentuk gelondong, kedua
ujungnya meruncing dan bagian tengahnya menggelembung. Di dalam sel terdapat
satu inti sel yang berada di tengah.
2)
Tidak memiliki garis-garis
melintang
3)
Bekerja di luar kesadaran
3
Otot Jantung
Otot jantung terdapat pada organ jantung.
Struktur otot jantung sama dengan otot lurik yaitu bergores melintang, tetapi
sel otot jantung bercabang. Otot jantung tidak dibawah kehendak kita, melainkan
otomatis. Jadi, otot jantung bergantung otot lurik yang bekerja secara tidak
sadar.[4]
2.4 Mekanisme Kerja Otot
Otot bekerja dengan jalan berkontraksi. Pada waktu
berkontraksi otot menjadi lebih pendek, mengembang dan tegang. Otot rangka
hanya dapat bekerja jika mendapat rangsangan dari saraf. Apabila sarafnya rusak
otot tidak dapat bekerja. Dalam keadaan tidak bekerja otot mengendur (relaksasi).
Otot dapat menarik, tetapi tidak dapat mendorong. Oleh
karena itu, otot hanya dapat menggerakkan tulang ke satu arah. Misalnya
membengkokkan atau meluruskan. Untuk mengembalikan tulang ke kedudukan semula diperlukan
kontraksi otot lain yang menarik tulang itu kembali.
Otot yang membengkokkan disebut otot fleksor dan otot yang meluruskan kembali
disebut otot ekstensor. Oleh karena
otot ekstensor dan otot fleksor bekerja secara berlawanan maka kedua otot itu
dikatakan bekerja secara antagonis.
Contoh otot yang bekerja secara antagonis adalah otot bisep dan trisep pada
lengan atas. Apabila otot bisep berkontraksi, lengan bawah terangkat. Untuk
mengembalikan lengan atas pada kedudukan semula, otot trisep relaksasi. Jadi,
otot bisep merupakan otot fleksor dan otot trisep merupakan otot ekstensor.
Ada pula dua otot yang sama-sama berkontraksi atau sama-sama
berelaksasi untuk menggerakkan tulang. Dua otot atau lebih yang bekerja secara
bersama-sama disebut otot sinergis.
Contohnya, otot pronator yang ada pada lengan bawah. Kedua otot ini bekerja
bersama menggerakkan lengan bawah memutar sehingga telapak tangan telungkup
atau terbuka. Contoh lainnya, otot-otot diantara tulang rusuk. Pada waktu kita
bernafas, otot-otot tersebut berkontraksi bersama-sama sehingga tulang rusuk
terangkat.
Otot-otot tidak dapat berkontraksi secara terus
menerus. Setelah berkontraksi otot perlu beristirahat untuk mendapatkan
kesegaran kembali. Apabila dipaksa berkontraksi terus menerus, akibatnya otot
akan menjadi kejang. Jika otot mendapat latihan yang teratur dalam waktu yang
cukup lama, otot dapat menjadi lebih besar dan kuat atau hipertrofi. Otot yang sehat dan terlatih tidak mudah renggang dan
robek. Sebaliknya, otot yang tidak digunakan akan mengecil dan lemah atau atropi, misalnya pada orang yang lumpuh,
otot-otot kakinya akan menyusut.
Sumber energi untuk kontraksi otot adalah senyawa adenosin trifosfat (ATP) dan keratin
fosfat. Kedua senyawa tersebut mengandung energi tinggi dan terdapat pada
setiap sel otot. Jika kedua senyawa tersebut terurai maka akan dibebaskan
sejumlah energi dan sejumlah fosfat. energi yang dibebaskan tersebut akan
digunakan untuk konsentrasi otot.[5]
Penguraian ATP dan keratin fosfat pada saat otot
berkontraksi, tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh karena itu, fase kontraksi
sering disebut fase anaerob.
Jika cadangan ATP dan keratin fosfat di dalam jaringan
otot telah sangat rendah, cadangan energi tidak mampu lagi menyediakan energi
untuk berkontraksi otot. Untuk itu, keratin fosfat dan ATP harus segera
dibentuk kembali. Untuk membentuk ATP dan keratin fosfat, diperlukan bahan dan
energi. Bahannya adalah ADP, keratin, dan fosfat.
Energi yang digunakan untuk membentuk ATP maupun
keratin fosfat berasal dari oksidasi zat makanan dalam otot, biasanya adalah
gula otot (glikogen). Glikogen adalah senyawa polisakarida yang tidak larut
dalam darah. Agar dapat dioksidasi, glikogen harus dapat larut dalam darah
ataupun plasma sel otot. Peristiwa pembongkaran glikogen disebut glikolisis
Saat otot berkontraksi terus, glikolisis akan
berlangsung cepat. proses glikolisis ini akan membebaskan senyawa asam piruvat.
Asam piruvat akan diubah menjadi senyawa-senyawa glukosa, CO2, dan
asam laktat.
Selanjutnya glukosa akan dioksidasi, membebaskan
energi, air dan CO2. Air dan CO2 akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Energi
yang dibebaskan dari oksidasi glukosa tersebut, akan digunakan untuk membentuk
ATP dan keratin fosfat.
Proses pemecahan glukosa tersebut berlangsung pada
saat otot mengalami relaksasi. Proses ini memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab
itu, fase relaksasi otot sering disebut juga sebagai fase aerob.
Sebagai hasil sampingan dari pemecahan glikogen di
dalam otot adalah dihasilkannya senyawa asam laktat. Zat tersebut akan
tertinggal di dalam otot dan menyebabkan otot menjadi pegal-pegal, linu, maupun
rasa lelah. Oleh sebab itu, asam laktat sering disebut asam lelah.
Kerja otot yang secara terus-menerus akan meningkatkan
kadar asam laktat dan darah tidak sempat mengangkutnya. Akibatnya, asam laktat
tertimbun di dalam otot dan menyebabkan terjadinya kelelahan. Bila kadarnya
berlebihan dan tidak tertoleransi lagi, akan terjadi kram atau kejang otot.
2.5 Kelainan tulang dan Otot
Kelainan pada sistem gerak manusia diantaranya adalah.[6]
1.
Kelainan Pada Tulang
a.
Kelainan Sejak lahir
Kelainan sejak lahir artinya
kelainan yang dibawa sejak dalam kandungan. Ketika dilahirkan, anak tersebut
telah mengalami kelainan tulang. Penyebabnya mungkin karena ibu terjatuh atau
makanan ibu kurang mengandung vitamin D dan zat kapur (kalsium) atau karena
faktor genetik. Bentuk kelainan itu misalnya, tulangnya berbentuk X dan O.
b.
Mikrosefalus
Merupakan suatu keadaan dimana
ukuran kepala (lingkar kepala) lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata pada
bayi berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. Mikrosefalus merupakan kelainan
pada pertumbuhan tengkorak sehingga bentuk kepala kecil. Pertumbuhan tulang
tengkorak yang terhambat pada saat masih bayi karena abnormalitas tirosin dan
kekurangan zat kapur sehingga ukuran kepala menjadi kecil.
c.
Hidrosefalus
Merupakan kelainan penumpukan
cairan di dalam tengkorak, yang menyebabkan pembengkakan otak. Hidrosefalus
disebabkan oleh masalah aliran cairan serebrospinal, cairan yang
mengelilingi otak dan tulang belakang.
Cairan ini membawa nutrisi ke otak, menghilangkan limbah dari otak, dan
bertindak sebagai bantalan pelindung untuk otak.
Cairan serebrospinal biasanya
bergerak melalui area otak yang disebut ventrikel, di sekitar bagian luar otak
dan sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian diserap ke dalam aliran darah.
Penumpukan cairan dapat terjadi di otak jika aliran atau penyerapan terblokir
atau jika cairan terlalu banyak diproduksi, sehingga kepala membesar.
d.
Kelainan Pada Tulang
Belakang
Kebiasaan posisi duduk yang salah
dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang seseorang. Kebiasaan posisi tubuh yang
salah yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelainan tulang.
Kelainan bentuk tulang belakang ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.[7]
a)
Lordosis, kelainan pada tulang
punggung terlalu melengkung ke depan
b)
Kifosis, kelainan pada
tulang punggung yang terlalu melengkung ke belakang. Kelainan ini dapat terjadi
misalnya karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama
bertahun-tahun.
c)
Skoliosis, kelainan pada tulang
punggung melengkung ke kiri atau ke kanan (ke samping). Skoliosis dapat terjadi
jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang bahu, dan kebiasaan ini
dilakukan selama bertahun-tahun.
2.
Kelainan Pada Otot
a.
Kedutan
Kedutan diakibatkan serabut saraf di
dalam otak mengalami kontraksi sesaat sehingga pembuluh darah mendapat rangsang
dalam membangkitkan aliran listrik yang menyebabkan kejang sesaat.
b.
Hipertropi
Hipertrofi adalah kelainan otot yang
membesar dan menjadi lebih kuat karena sel otot diberikan kegiatan atau
aktifitas yang terus menerus secara berlebihan.
c.
Distrofi
Distrofi
otot adalah kelainan keturunan di mana otot-otot
akan sangat rentan mengalami kerusakan, sehingga otot secara perlahan-lahan akan
melemah. Distrofi mulai terjadi pada usia antara 2-3 tahun. Gejala awal
yang ditemukan adalah hambatan perkembangan (terutama keterlambatan untuk mulai
berjalan), kesulitan berjalan, berlari, melompat, atau menaiki anak tangga.
Anak-anak bisa berulang kali jatuh, yang sering menyebbkan terjadinya patah
tulang lengan atau tungkai. Anak berjalan dengan sempoyongan, seringkali
berjalan dengan jari-jari kaki, dan kesulitan untuk bangun dari lantai. Pada
usia 12 tahun, sebagian besar anak bergantung pada kursi roda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tulang merupakan alat gerak
pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tubuh terjadi karena adanya
kerja sama antara tulang dan otot. Otot dikatakan alat gerak aktif karena mampu
berkontraksi sehingga mampu menggerakkan tulang.
Rangka berfungsi untuk
memberi bentuk tubuh, melindungi alat
tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh, tempat pelekatan otot, tempat
menyipan zat kapur, dan tempat pembentukan sel darah.
Otot yang merupakan alat
gerak aktif, berdasarkan morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
Berdasarkan sifat kerjanya, otot dapat dibedakan menjadi otot antagonis dan
sinergis. Mekanisme gerak otot didasarkan adanya dua filamen di dalam sel otot
kontraktil yang berupa filamen aktin dan filamen miosin.
ATP (Adenosin Triphosphate)
merupakan sumber energi penting untuk konstraksi otot. ATP berasal dari
oksidasi karbohidrat dan lemak. Mekanisme gerak otot merupakan proses
pembebasan dan penggunaan energi.
Kelainan pada tulang dapat
terjadi antara lain karena kekurangan vitamin D, penyakit, kecelakaan, dan
kebiasaan posisi tubuh yang salah dalam waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Abtokhi, Ahmad. 2008. Sains untuk
PGMI dan PGSD. Malang : UIN MALANG PRESS.
Karim, Saeful. 2008. Belajar Ipa
Membuka Cakawala Alam Sekitar. Jakarta : Temprina Media Grafika.
Lenggono, Budi. 2012. SEMALAM
TUNTAS BIOLOGI SMA KELAS XI. Surakarta : BISA! Publishing.
Pratiwi, D.A. 2012. BIOLOGI UNTUK
SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. SAINS
BIOLOGI SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Bumi Aksara.
Rositawaty, S. 2008. Senang
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelass IV. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Tim Inspirasi Penulis. 2014. Password
UN BIOLOGI SMA/MA 2015. Jakarta : Masmedia Buana Pustaka.
[1]
Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD
(Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal.5
[2]
Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI
SMA/MA Kelas IX (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) hal. 96
[3]
Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD
(Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal.23
[4]
Ahmad Abtokhi, sains untuk PGMI dan PGSD
(Malang : UIN-MALANG PRESS, 2008) hal. 25
[5] Slamet Prawirohartono, SAINS BIOLOGI SMA/MA Kelas XI (Jakarta :
Bumi Aksara, 2007), hal. 106
[6]Margaretha
Jati, UN Biologi SMA/MA 2015 (Jakarta
: Masmedia Buana Pustaka, 2014) hal. 47
[7]
Pratiwi, BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS IX (Jakarta
: Erlangga, 2012) hal. 71